Koranriau.co.id-

PAUS Leo XIV tiba di Beirut, Libanon, pada Minggu dengan membawa pesan sebagai “utusan perdamaian” untuk wilayah Timur Tengah yang terus diguncang konflik. Kunjungan selama tiga hari tersebut berlangsung hanya beberapa hari setelah serangan Israel menghantam Beirut selatan.
Berbicara di Istana Kepresidenan Baabda di bawah spanduk bertuliskan “Blessed Are The Peacemakers”, Paus Leo menyerukan warga Libanon untuk tetap bertahan di tanah air mereka, di tengah meningkatnya “eksodus anak muda dan keluarga yang mencari masa depan di tempat lain” akibat “ketidakpastian, kekerasan, kemiskinan, dan berbagai ancaman lainnya.”
“Kita tidak boleh lupa bahwa tetap tinggal di tanah air dan bekerja setiap hari untuk membangun peradaban cinta dan damai adalah sesuatu yang sangat berharga,” ujarnya dalam pidato kepada otoritas negara dan masyarakat sipil. Menurutnya, perdamaian “tidak mengenal rasa takut menghadapi kekalahan” dan tidak “gentar oleh kekecewaan.” Ia menegaskan, “Dibutuhkan keteguhan untuk membangun perdamaian. Dibutuhkan ketekunan untuk melindungi dan memelihara kehidupan.”
Kunjungan Paus Leo memberi dukungan bagi komunitas Kristen Libanon yang memiliki akar sejarah panjang di negara tersebut. Selama berada di Beirut, ia dijadwalkan bertemu para pemimpin politik, menghadiri pertemuan lintas iman, bertemu kaum muda, dan memimpin misa besar di tepi pantai kota itu. Ini merupakan bagian dari perjalanan luar negeri pertama sejak ia terpilih pada Mei.
Masyarakat Lebanon menyambut meriah kedatangan Paus Amerika pertama yang mengunjungi istana presiden. Banyak warga membawa bendera Libanon dan Vatikan, sementara lainnya berkumpul di halaman istana meski cuaca hujan.
Seruan dialog dan persatuan tersebut datang saat situasi keamanan di kawasan kembali memanas. Serangan Israel pekan lalu yang menargetkan Kepala Staf Hizbullah, Haytham Ali Tabatabai, menewaskan lima orang dan melukai 28 lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.
Dalam perjalanan menuju Beirut, Paus Leo mengatakan kepada wartawan ia datang ke Libanon dan Turki sebagai “utusan” untuk “mempromosikan perdamaian di seluruh kawasan.” Ia juga menegaskan kembali dukungan Takhta Suci terhadap solusi dua negara bagi rakyat Israel dan Palestina, menyebutnya sebagai satu-satunya cara untuk memberikan “penyelesaian atas konflik yang terus mereka alami.”
“Kami berupaya bersama kedua pihak untuk menjadi suara penengah yang dapat membantu mendekatkan pada sebuah solusi yang adil bagi semua,” ujarnya dalam konferensi pers udara pertamanya.
Salah satu agenda penting Paus adalah kunjungan ke Biara Mar Maroun di Annaya, tempat ia akan berdoa di makam Santo Charbel Makhlouf, tokoh yang dikenal mampu mempersatukan penganut berbagai agama. Libanon memiliki 18 kelompok agama dan sekte yang diakui resmi, sementara Muslim Syiah kini menjadi kelompok terbesar.
Pada hari terakhir kunjungan, Selasa, Paus Leo dijadwalkan berdoa di lokasi ledakan Pelabuhan Beirut 2020, sebelum bertolak kembali ke Roma. Peristiwa yang menewaskan lebih dari 200 orang dan melukai sedikitnya 6.000 lainnya.
Sebelumnya, Paus mengecam penggunaan agama untuk membenarkan “perang” dan meminta umat Katolik memobilisasi iman mereka untuk mempersatukan sesama “apa pun etnis, kebangsaan, agama, atau perspektif pribadi.” “Kita harus menolak keras penggunaan agama untuk membenarkan perang, kekerasan, atau bentuk fundamentalisme apa pun,” tegasnya.
Kunjungan ini berlangsung satu tahun setelah gencatan senjata rapuh antara Israel dan Hezbollah yang tercapai melalui mediasi Amerika Serikat. Vatikan sendiri telah lama terlibat dalam diplomasi Timur Tengah, dengan kunjungan paus terakhir ke Lebanon terjadi pada 2012 oleh Paus Benediktus XVI. (CNN/Z-2)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/internasional/835556/paus-leo-xiv-serukan-perdamaian-dalam-kunjungan-ke-libanon-di-tengah-ketegangan-timur-tengah




