Nasional

Peneliti Unpad Kembangkan Inovasi Permainan Tradisional Engkle Untuk Literasi Anak

Koranriau.co.id-

Peneliti Unpad Kembangkan Inovasi Permainan Tradisional Engkle Untuk Literasi Anak
Peneliti Unpad kembangkan inovasi permainan tradisional Engkle.(Dok Unpad)

PERMAINAN tradisional engkle yang sempat tergerus arus modernisasi, kini kembali hadir dengan wajah baru. Tim peneliti dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran (Unpad) yang dipimpin oleh Taufik Ampera mengembangkan Engkle Rancage, sebuah inovasi berbasis permainan engkle untuk meningkatkan literasi bagi anak usia dini.

Inovasi tersebut didasari permainan tradisional Engkle, yang biasanya dimainkan oleh anak-anak dengan cara melompat menggunakan satu kaki di atas kotak-kotak dan gunung yang telah digambar di tanah. Ada modifikasi berupa penggunaan elemen angka, huruf, maupun benda-benda yang diletakkan di dalam kotak untuk dikenalkan kepada anak.

“Engkle adalah bagian dari warisan budaya yang mengandung banyak nilai edukasi. Namun, di era digital ini, anak-anak lebih tertarik dengan permainan berbasis teknologi. Kami merasa perlu menghidupkan kembali permainan ini dengan sentuhan inovasi agar lebih relevan,” ujar Ampera dalam Podcast HardTalk, Hasil Riset dan Diseminasi Unpad, Jumat (6/12).

Menurut Ampera penelitian ini lahir dari keprihatinan terhadap menurunnya popularitas permainan tradisional di kalangan generasi muda. Padahal, permainan tradisional bisa lebih banyak memberikan nilai edukasi, bukan hanya sekadar nilai hiburan bagi anak. Dirinya pun ingin membuat permainan-permainan tradisional zaman dahulu kembali populer di masa kini, tetapi dengan beberapa perubahan muatan agar lebih cocok dengan minat anak jaman sekarang. 

Ampera memperkenalkan Engkle Rancage yang dikembangkan oleh timnya memiliki  dua model modifikasi yang disesuaikan dengan kelompok usia anak. Untuk anak usia 5–6 tahun, engkle dilengkapi dengan angka dan huruf yang berfungsi merangsang kemampuan baca-tulis. Sementara itu, untuk anak usia 7 tahun ke atas, kotak-kotak permainan didesain dengan tema-tema menarik seperti alat transportasi, hewan, hingga benda luar angkasa yang biasanya jarang dikenalkan kepada anak, tetapi mampu memberikan perhatian dan rasa tertarik bagi anak.

“Tidak hanya desain yang diubah, aturan permainan pun dimodifikasi agar lebih interaktif. Jika pemain gagal melempar gaco ke kotak yang ditentukan, mereka diminta mengambil kartu tantangan. Kartu-kartu tantangan tersebut berisi aktivitas kreatif seperti menyanyi, menggambar, hingga mendongeng. Tujuannya, agar anak tak hanya melatih kemampuan fisik dari bermain engkle, tetapi juga daya kreativitas, komunikasi dan kemampuan sosial,” papar Ampera.

Contohnya lanjut Ampera, jika dia mendapat kartu menyanyi saat gagal melempar gaco ke kotak bebek, maka anak harus menyanyikan lagu yang bertema bebek. Atau keterampilan bercerita, maka harus menceritakan atau mendongeng tentang bebek. Keunggulan lain dari Engkle Rancage adalah permainan ini dapat dimainkan di dalam maupun luar ruangan, tak seperti Engkle zaman dahulu yang banyaknya hanya dimainkan di luar rumah. Mudahnya penggunaan di dalam rumah pun membuat Engkle Rancage juga cocok untuk anak-anak yang terbiasa bermain hanya di dalam rumah.

“Kita tidak perlu misalnya mencari lokasi tempat seperti di lapangan atau halaman, bahkan di dalam rumah pun ini bisa dimainkan. Jadi modifikasi engkle ini sangat fleksibel,” tutur Ampera.

Ampera mengaku salah satu alasan utama pengembangan Engkle Rancage adalah perubahan pola bermain anak-anak di era modern. Dalam dua dekade terakhir, anak-anak sejak usia dini sudah dikenalkan dengan gawai elektronik, sehingga membuat mereka lebih sering bermain di dalam rumah karena terpaku dengan gadget. Sementara, anak-anak saat ini dinilai sangat jarang menghabiskan waktu untuk bermain ataupun bersosialisasi dengan anak sebayanya di luar rumah. Hal ini pun disebut dapat menimbulkan dampak pada perkembangan motorik dan kemampuan bersosial mereka.

“Permainan engkle itu dapat mengembangkan motorik anak dan yang paling penting, tentu akan selalu ada interaksi sosial sesama anak. Sejatinya usia anak-anak yang masih dini tidak sepatutnya dibebani oleh tanggung jawab untuk belajar di sekolah secara penuh. Melainkan, anak juga perlu meluangkan waktunya untuk bermain dan belajar hal-hal baru secara mandiri saat bermain,” ungkap Ampera.

Karena kata Ampera, pada hakikatnya dunia anak itu adalah dunia bermain, jadi secara biologis, secara psikologis, anak-anak itu masih memerlukan waktu untuk bermain di sela-sela belajarnya. 

“Untuk melakukan uji coba terhadap Engkle Rancage, tim peneliti bekerja sama dengan Ikatan Guru Taman Kanak-kanak di PAUD dan TK yang terletak di wilayah Karawang Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Para guru kemudian mencoba menerapkan permainan Engkle Rancage sebagai salah satu bahan ajar kepada anak di sekolah,” lanjut Ampera.

Hasilnya, Ampera mengaku para guru memberikan respons positif terhadap Engkle Rancage karena dapat memudahkan mereka dalam menyampaikan pembelajaran berbasis literasi, motorik, dan komunikasi. Engkle Rancage juga disebut cukup efektif untuk membantu merangsang kemampuan anak usia dini agar bisa membaca dan berhitung, karena adanya penggunaan visualisasi angka, huruf, maupun benda lainnya di dalam kotak. Meskipun Engkle Rancage telah mendapat respons positif dari guru dan sekolah, permainan ini belum diproduksi secara massal. Karena tim penelitimengaku belum menemukan mitra kerja sama untuk memproduksi  permainan ini dalam skala lebih luas. (AN/J-3)

 

Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/jabar/berita/724466/peneliti-unpad-kembangkan-inovasi-permainan-tradisional-engkle-untuk-literasi-anak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *