Nasional

Penemuan Reptil Purba Tainrakuasuchus Ungkap Hubungan Brasil-Afrika

Koranriau.co.id-

Penemuan Reptil Purba Tainrakuasuchus Ungkap Hubungan Brasil-Afrika
Bellator Tainrakuasuchus.(Caio Fantini)

TEMUAN sangat langka reptil karnivora bertubuh keras ini memperkuat pemahaman para ilmuwan tentang hubungan antara Brasil dan Afrika sekitar 240 juta tahun lalu. Spesies kadal pemangsa yang baru diidentifikasi itu sekilas mungkin tampak menyerupai dinosaurus. 

Kenyataannya, makhluk ini merupakan salah satu leluhur awal dari buaya modern. Penemuan tersebut memberikan wawasan penting tentang evolusi dan persebaran reptil purba di masa itu.

Diberi nama Tainrakuasuchus bellator, istilah ini diambil sebagian dari bahasa Latin yang berarti “pejuang”. Reptil bertubuh keras ini hidup 240 juta tahun yang lalu, tepatnya saat sebelum dinosaurus mulai muncul.

Sebagai bagian dari Pseudosuchia, cikal bakal buaya dan aligator saat ini. Hewan ini termasuk dalam kelompok predator utama selama periode Trias.

Spesies baru yang dipaparkan dalam Jurnal Paleontologi Sistematik, setelah melalui proses tinjauan sejawat, memiliki panjang sekitar 2,4 meter. Beratnya diperkirakan mencapai kurang lebih 60 kilogram.

Hewan ini memanfaatkan lehernya yang panjang serta gerakannya yang lincah untuk menyergap mangsa. Rahangnya yang ramping, lengkap dengan gigi-gigi tajam dan melengkung, membantu mencengkeram mangsa agar tidak bisa lolos.

Perilaku Predator dan Perbedaan Anatomi

“Hewan ini adalah predator aktif, tetapi meskipun ukurannya cukup besar, ia bukanlah pemburu terbesar pada zamannya yang sama dengan ekosistem yang dihuni oleh raksasa dengan panjang hingga tujuh meter,” jelas penulis utama, Dr. Rodrigo Temp Müller, yang memimpin tim paleontologis dari Universidade Federal de Santa Maria, Brasil.

Pseudosuchia adalah kelompok hewan yang beragam yang dapat menyerang mangsa yang kuat. Hewan ini menjadi pemburu kecil yang terampil dalam menangkap hewan cepat.

Walaupun penampilannya hampir mirip dengan dinosaurus, Tainrakuasuchus bellator tidak termasuk dalam kategori tersebut. Salah satu cara jelas untuk membedakannya dari dinosaurus terletak pada struktur panggulnya, di mana sifat sendi pinggul dan tulang pahanya sangat berbeda.

“Penemuan Tainrakuasuchus bellator mencerminkan kompleksitas ekosistem pada waktu itu, dengan berbagai spesies pseudosuchia menempati posisi ekologi yang spesifik. Penemuan ini membantu memahami momen penting dalam sejarah kehidupan, yaitu periode sebelum kemunculan dinosaurus,” jelas Dr. Müller.

Penggalian dan Rekonstruksi Fosil

Dr. Müller dan timnya menemukan fosil-fosil tersebut dalam penggalian pada Mei 2025 di daerah Dona Francisca, bagian selatan Brasil. Mereka menemukan kerangka bagian yang terperangkap di dalam batu, meliputi bagian rahang bawah, tulang belakang, dan rangka panggul.

Sisa-sisa ini memberi para peneliti kemampuan untuk menarik beberapa kesimpulan mengenai perilaku hewan tersebut dan memastikan Tainrakuasuchus bellator memiliki punggung yang dilindungi lempengan tulang yang disebut osteoderm, fitur yang juga dapat ditemui pada buaya modern. Meskipun bagian tubuh lainnya tidak ditemukan, tim peneliti meyakini, mirip dengan kerabatnya, spesies ini bergerak dengan keempat anggota tubuhnya.

Para peneliti memberikan nama hewan ini Tainrakuasuchus. Nama tersebut merupakan kombinasi dari istilah Guarani tain (“gigi”) dan rakua (“runcing”) serta kata Yunani suchus (“buaya”). Penggabungan ini menekankan pada gigi-gigi tajam dari makhluk ini.

Bagian “bellator” dari namanya berasal dari bahasa Latin yang berarti “pejuang” atau “petarung.” Para penulis menjelaskan bahwa istilah ini dipilih untuk menghormati masyarakat Rio Grande do Sul, melambangkan kekuatan, ketangguhan, dan semangat juang mereka, terutama setelah banjir besar yang baru-baru ini melanda wilayah tersebut.

Hubungan Geologis Antara Brasil dan Afrika

Dr. Müller menyebutkan penemuan Tainrakuasuchus bellator sebagai “sangat jarang. ” Dia menjelaskan penemuan ini juga memperkuat bukti mengenai hubungan kuno antara Brasil dan Afrika pada periode Trias. Periode saat seluruh benua di dunia tergabung menjadi satu superbenua yang dikenal sebagai Pangaea.

“Meskipun kelompok pseudosuchia memiliki banyak variasi, pemahaman tentang mereka masih terbatas, karena fosil dari beberapa garis keturunan ini jarang ditemukan dalam catatan fosil,” ujar Dr. Müller.

Fosil yang kami temukan mengalami proses persiapan yang cermat di laboratorium. Di mana material batuan di sekelilingnya dihilangkan secara hati-hati.

“Ketika detail anatomi spesimen mulai terlihat, kami merasa sangat senang dan bersemangat karena spesimen ini mewakili spesies yang sebelumnya tidak dikenal dalam dunia ilmu pengetahuan. Spesies yang kami temukan adalah predator yang memiliki hubungan dekat dengan predator (Mandasuchus tanyauchen) yang ditemukan di Tanzania,” ungkap Dr. Müller.

“Hubungan antara hewan dari Amerika Selatan dan Afrika ini dapat dijelaskan melalui paleogeografi pada periode Trias.”

Ia menjelaskan bahwa pada masa itu benua-benua masih menyatu, sehingga organisme dapat menyebar bebas di wilayah yang kini terpisah oleh lautan, yang pada akhirnya membuat fauna Brasil dan Afrika memiliki kemiripan sebagai cerminan sejarah evolusi dan ekologi yang saling terhubung. Ia juga menyebut bahwa Tainrakuasuchus bellator kemungkinan hidup di kawasan yang berbatasan dengan padang pasir luas dan kering, yaitu wilayah yang sama dengan tempat kemunculan dinosaurus pertama.

“Ini menunjukkan di wilayah yang sekarang disebut Brasil bagian selatan, reptil telah membentuk komunitas yang beragam dengan berbagai strategi untuk bertahan hidup. Selain itu, penemuan ini mengisyaratkan bahwa keragaman ini bukanlah suatu fenomena yang terpisah.” (SciTechDaily/Z-2)

Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/internasional/835378/penemuan-reptil-purba-tainrakuasuchus-ungkap-hubungan-brasil-afrika

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *