Serangan jantung tiba-tiba, bagaimana bisa terjadi?

Jakarta (ANTARA) – Serangan jantung tiba-tiba, atau sering dikenal sebagai sudden cardiac arrest (SCA), adalah kondisi medis yang terjadi ketika jantung berhenti berdetak secara mendadak.

Hal ini sering kali mengejutkan karena dapat terjadi bahkan pada orang yang sebelumnya terlihat sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit jantung yang diketahui. Jadi, bagaimana hal ini bisa terjadi?

Penyebab utama dari serangan jantung tiba-tiba adalah gangguan irama jantung yang disebut ventricular fibrillation. Ini terjadi ketika sinyal listrik di jantung menjadi cepat dan tidak teratur, menyebabkan bilik bawah jantung (ventrikel) bergetar secara tidak efektif.

Alih-alih memompa darah ke seluruh tubuh, jantung justru berhenti bekerja dengan baik.

Namun mengejutkannya, serangan jantung tiba-tiba tidak selalu terjadi pada individu dengan penyakit jantung yang sudah diketahui. Orang yang tampaknya sehat pun bisa mengalaminya.

Mari kita lihat beberapa kondisi jantung yang dapat meningkatkan risiko serangan jantung tiba-tiba, mengutip heart.org dan sumber-sumber lain:

Baca juga: Obat penurun berat badan bisa bantu kurangi risiko serangan jantung

1. Penyakit arteri koroner

Ini adalah salah satu penyebab paling umum dari serangan jantung tiba-tiba. Ketika arteri jantung tersumbat oleh kolesterol atau penumpukan zat lain, aliran darah ke otot jantung berkurang. Kondisi ini dapat memicu irama jantung yang tidak teratur dan, dalam beberapa kasus, menyebabkan jantung berhenti.

2. Serangan jantung (heart attack)

Serangan jantung yang terjadi karena penyakit arteri koroner berat dapat memicu ventricular fibrillation, yang menyebabkan serangan jantung tiba-tiba. Selain itu, serangan jantung dapat meninggalkan jaringan parut pada otot jantung. Jaringan parut ini berpotensi mengganggu sinyal listrik di jantung, meningkatkan risiko gangguan irama jantung.

3. Kardiomiopati (pembesaran jantung)

Kardiomiopati adalah kondisi di mana otot jantung menjadi lebih besar atau lebih tebal, biasanya karena tekanan atau stres yang terus-menerus pada jantung. Ketika otot jantung melemah atau meregang secara berlebihan, risiko gangguan irama jantung meningkat.

Baca juga: Perdana di RI, RSJPD Harapan Kita lakukan operasi jantung robotik

4. Penyakit katup jantung

Jika katup jantung mengalami kebocoran atau penyempitan, jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Kondisi ini dapat menyebabkan pembesaran atau kelemahan pada bilik jantung, yang akhirnya meningkatkan risiko serangan jantung tiba-tiba.

5. Kelainan jantung bawaan (congenital heart defects)

Pada anak-anak dan remaja, serangan jantung tiba-tiba sering kali disebabkan oleh kelainan jantung yang ada sejak lahir. Bahkan orang dewasa yang telah menjalani operasi perbaikan kelainan jantung bawaan tetap memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami serangan jantung tiba-tiba.

6. Masalah sinyal listrik jantung

Kondisi seperti Long QT Syndrome (LQTS) dan Brugada Syndrome menyebabkan jantung berdetak dengan cara yang tidak teratur. Jika irama jantung tidak segera dipulihkan, kondisi ini dapat menyebabkan kematian mendadak, terutama pada individu muda dengan LQTS.

Serangan jantung tiba-tiba adalah kondisi yang serius dan membutuhkan penanganan medis darurat. Jika tidak ditangani dalam hitungan menit, kondisi ini dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, mengenali gejala awal dan memahami faktor risiko sangatlah penting.

Baca juga: Hindari serangan jantung dengan kenali faktor risiko dan cara mencegahnya

Baca juga: Dokter: Waspada penyakit jantung bawaan ketika bayi lahir tampak biru

Pewarta: Allisa Luthfia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2024