Toko Roti Rumahan Sejak 1949 Masih Bertahan hingga Generasi Ketiga
Makanan

Toko Roti Rumahan Sejak 1949 Masih Bertahan hingga Generasi Ketiga

Koranriau.co.id-


Jakarta

Konsistensi menjaga kualitas makanan menjadi model utama bisnis kuliner legendaris tetap bertahan. Seperti toko roti yang beroperasi hingga generasi ketiga.

Banyak bisnis kuliner yang bertahan melintasi jaman hingga puluhan tahun. Kunci kesuksesannya tak lagi lain ialah konsistensi untuk menyajikan kualitas produk makanan terbaiknya.

Kerjasama antar generasi dan ilmu yang diwariskan dari keluarga kepada anggota keluarga lain juga berperan besar. Apalagi penerusnya memiliki komitmen dan kemauan yang tak kalah keras mencontoh orang tuanya.


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti kisah seorang pria yang dilansir melalui The Star (27/5). Mokhtar Ahmad Mohamad Tawi, yang kini sudah memasuki usia paruh baya 62 tahun tak pernah menyesal menghabiskan waktu meneruskan bisnis keluarganya.

Baca juga: 10 Tempat Makan Bakso Malang Gurih dan Autentik di Jabodetabek

Toko Roti Rumahan Sejak 1949 Masih Bertahan hingga Generasi KetigaRoti yang dibuat secara tradisional dengan dibakar di dalam kebuk bata merah menggunakan kayu api dan tempurung kelapa. Keenakan roti yang manis dan lembut berbaur asap kayu itu memberikan pengalaman tersendiri bagi yang pertama kali mencuba.   Kilang Roti Mokhtar ini masih bertahan merentasi masa sejak beroperasi pada 1949, sekalipun bersaing dengan pelbagai jenis roti berjenama yang mudah didapati di pasaran.--fotoBERNAMA (2025) HAK CIPTA TERPELIHARAPria ini sukses jadi toko roti warisan keluarganya sejak 1949. Foto: The Star

Toko roti bermodal dapur produksi rumahan ini awalnya dirikan oleh kakeknya, Taqi Habib. Mokhtar yang sejak muda bersikeras menjaga bisnis tersebut sudah belajar resep dan teknik memanggang roti dari kakeknya selagi kecil.

“Walaupun masih menggunakan oven trdisional yang menjadi rahasia produk roti kami tetapi permintaannya selalu tinggi, bahkan jika dibandingkan dengan kompetitor yang lebih besar,” ujar Mokhtar.

Bisnis tersebut diakuinya telah berdiri sejak 1949. Awal mula kakeknya memutuskan untuk berjualan roti ialah guna menyambung hidup setelah merantau dari Lucknow, Uttar Pradesh, India menuju Malaya, Malaysia.

Sebelum ia dan kakaknya yang kini silih berganti menjalankan produksi, sepeninggal kakeknya, ayahnya yang mengambil alih seluruh proses produksi pada dapurnya. Jika harus menyebutkan jenis oven yang digunakan, Mokhtar sendiri tak tahu secara spesifik sebab konon ketika toko roti itu buka oven tradisional yang digunakan hingga sekarang sudah ada di sana.

Toko Roti Rumahan Sejak 1949 Masih Bertahan hingga Generasi KetigaRoti yang dibuat secara tradisional dengan dibakar di dalam kebuk bata merah menggunakan kayu api dan tempurung kelapa. Keenakan roti yang manis dan lembut berbaur asap kayu itu memberikan pengalaman tersendiri bagi yang pertama kali mencuba.   Kilang Roti Mokhtar ini masih bertahan merentasi masa sejak beroperasi pada 1949, sekalipun bersaing dengan pelbagai jenis roti berjenama yang mudah didapati di pasaran.--fotoBERNAMA (2025) HAK CIPTA TERPELIHARAOven tua yang digunakan oleh kakeknya tetap dipertahankan dan digunakan pada setiap proses produksi. Foto: The Star

“Aku benar-benar tidak tahu jenis dan usia oven ini. Para tetua kami menyebut sejak bakery dibuka pertama kali, ovennya sudah ada di sana. Mereka memperkirakan oven tersebut sudah ada sejak 1912,” lanjut Mokhtar.

Penggunaan peralatan tradisional yang terlampau antik yang membuatnya harus mendalami teknik dan cara memasak roti sesuai resep keluarga. Tujuannya tak lagi lain ialah untuk menjaga kualitas dan rasa roti yang takkan berubah walaupun suda lintas generasi.

Setiap hari Mokhtar dapat memproduksi hingga 450 roti dengan membutuhkan satu sak tepung, 2 kilogram margarin, 4 kilogram gula, dan 200 gram ragi. Kini ia dibantu oleh istrinya dan kedua anaknya yang masih berusia 36 dan 18 tahun.

Mokhtar menyebut masa tersulit untuk mempertahankan bisnis ialah ketika pandemi Covid-19 melanda, beruntung masih banyak pelanggannya yang terus memesan walaupun harus diantar satu per satu oleh Mokhtar setiap hari. Tak ada harapan lain darinya selain kedua anaknya akan terus menjaga dan melanjutkan estafet pengelolaan toko roti yang usianya menginjak 76 tahun tersebut.

(dfl/odi)

Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://food.detik.com/info-kuliner/d-7943476/toko-roti-rumahan-sejak-1949-masih-bertahan-hingga-generasi-ketiga

redaksiriau
Redaksi Riau Merupakan Jurnalis Part Time Dari Koran Riau yang bekerja di beberapa media skala nasional di indonesia
https://www.koranriau.co.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *