Koranriau.co.id-

Tanpa kita sadari, beberapa kebiasaan sehari-hari bisa berdampak serius terhadap kesehatan otak. Para ahli saraf (neurolog) mengungkap bahwa gaya hidup modern, seperti terlalu lama duduk, stres, dan kurang tidur, dapat memicu penyusutan otak (brain shrinkage) yang berhubungan dengan menurunnya fungsi kognitif, memori, hingga risiko Alzheimer.
Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
1. Terlalu Lama Duduk
Salah satu kebiasaan paling umum di era digital adalah duduk terlalu lama. Menurut penelitian yang dimuat di Neuroscience News dan Science Alert, orang yang sering duduk berjam-jam setiap hari memiliki ukuran otak lebih kecil, terutama di area otak yang berkaitan dengan pembentukan memori.
Menariknya, olahraga rutin tidak sepenuhnya menghapus efek buruk duduk terlalu lama. Jadi, penting untuk sering berdiri atau berjalan ringan setiap 30-60 menit.
2. Kurang Tidur atau Tidur Tidak Berkualitas
Tidur bukan hanya waktu untuk istirahat, tapi juga fase penting bagi otak untuk membersihkan racun dan memperbaiki sel-sel saraf.
Kurang tidur kronis terbukti menyebabkan penyusutan pada bagian otak tertentu, terutama di area hipokampus, pusat memori dan pembelajaran. Studi yang dibahas oleh Harvard Health menunjukkan bahwa tidur yang buruk dalam jangka panjang bisa mempercepat penuaan otak.
3. Merokok
Nikotin dan bahan kimia berbahaya dalam rokok dapat menghambat aliran darah ke otak. Akibatnya, suplai oksigen dan nutrisi menurun, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
Dalam jangka panjang, kebiasaan merokok dikaitkan dengan penyusutan otak, risiko stroke, dan gangguan fungsi kognitif. Para neurolog bahkan menyebut merokok sebagai salah satu faktor utama yang mempercepat penurunan fungsi otak pada usia muda.
4. Terlalu Banyak Kafein
Kafein memang memberi dorongan energi dan fokus sementara. Namun, konsumsi berlebihan, apalagi menjelang tidur, bisa mengganggu pola istirahat dan menyebabkan stres oksidatif pada otak.
Ahli gizi dan neurolog menyarankan untuk membatasi konsumsi kafein maksimal 400 mg per hari, atau setara dengan 3-4 cangkir kopi, agar tidak berdampak negatif terhadap otak dan sistem saraf.
5. Stres Kronis dan Kurang Interaksi Sosial
Stres yang berkepanjangan menyebabkan peningkatan hormon kortisol, yang dalam jangka panjang dapat mengecilkan volume otak, khususnya di area prefrontal cortex dan hippocampus.
Selain itu, isolasi sosial, kurang berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, juga terbukti memperburuk kesehatan mental dan kognitif.
Menurut Harvard Health, bersosialisasi dan menjaga hubungan positif dapat membantu menjaga otak tetap aktif dan sehat hingga lanjut usia.
6. Jarang Menantang Otak
Otak adalah organ yang perlu dilatih seperti otot. Jika tidak sering digunakan untuk berpikir kritis, belajar hal baru, atau menyelesaikan masalah, koneksi antar sel saraf bisa melemah.
Kebiasaan pasif seperti terlalu banyak menonton TV tanpa berpikir aktif dapat membuat otak “malas”, mempercepat penurunan daya ingat, dan dalam jangka panjang berpotensi memicu penyusutan struktur otak.
Tips Menjaga Otak Tetap Sehat
Untuk melindungi otak dari penyusutan, berikut kebiasaan sederhana yang direkomendasikan oleh para neurolog:
- Bergerak setiap 30-60 menit, jangan duduk terlalu lama.
- Tidur cukup 7-8 jam setiap malam.
- Rutin berolahraga (jalan kaki, berenang, yoga, dsb).
- Hindari rokok dan batasi kafein.
- Lakukan aktivitas sosial dan mental yang menantang otak.
- Kelola stres dengan meditasi atau teknik relaksasi.
Kesimpulan
Penyusutan otak bukan hanya bagian alami dari proses penuaan, tapi juga bisa terjadi lebih cepat akibat kebiasaan buruk yang kita lakukan tanpa sadar. Dengan memperbaiki pola hidup dan menjaga keseimbangan aktivitas fisik, mental, serta sosial, kamu bisa menjaga otak tetap tajam dan sehat hingga usia lanjut. (Z-10)
Sumber
- Neuroscience News – Sedentary lifestyle and Alzheimer’s risk
- Science Alert – Sitting could be shrinking your brain
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/humaniora/818557/6-kebiasaan-tak-disadari-yang-bisa-membuat-otak-menyusut-menurut-neurolog