Koranriau.co.id-

FAKTOR teknis, sosial dan kultural menjadi penyebab kepadatan tenda serta masalah distribusi logistrik yang dihadapi dalam penempatan jemaah di tenda di Arafah. Hal tersebut disampaikan Ketua PPIH Arab Saudi, Muchlis M Hanafi dalam keterangan resmi.
“Atas nama Ketua PPIH Arab Saudi, saya menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dirasakan sebagian jemaah haji Indonesia,” terang Mukhlis M Hanafi di Mekah, Sabtu (7/6).
Mukhlis menjelaskan, penempatan jemaah di tenda Arafah tidak bisa optimal karena berbagai alasan. “Misalnya, tenda berkapasitas 350, sebenarnya baru dihuni 325 jemaah dari satu kelompok, namun tidak dapat diakses jemaah lain, bahkan meski dari markaz yang sama,” ujar Mukhlis
Pindah Hotel
Selain itu. skema pemberangkatan jemaah berbasis hotel menyulitkan penataan dan penempatan jemaah yang diatur berdasarkan markaz dan syarikah. Hanya saja, beberapa jemaah berpindah hotel meskipun hotelnya bebeda markaz dan syarikah.
“Dengan sistem keberangkatan dari Mekah ke Arafah berdasarkan hotel, bukan berdasarkan markaz atau syarikah, maka sejumlah tenda terisi penuh lebih dulu, bahkan sebelum jemaah yang juga dijadwalkan menempati tenda tersebut tiba di lokasi,” jelasnya.
Ketiga, jumlah petugas tidak sebanding dengan jemaah. PPIH Arab Saudi telah membagi tugas layanan kepada tiga daerah kerja (daker). Yakni, Daker Bandara bertanggung jawab dalam layanan jemaah di Arafah, Daker Makkah di Muzdalifah, sedang Daker Madinah di Mina.
“Dengan jumlah tidak terlalu banyak, petugas harus berjibaku melayani lebih dari 203 ribu jemaah yang tersebar di 60 markaz di Arafah. Ini menyebabkan kesulitan dalam membantu petugas Markaz dalam mengatur penempatan secara disiplin. Bahkan, banyak petugas yang kelelahan,” sebut dia.
Gangguan Distribusi Konsumsi
Penyebab lain adalah, mobilitas jemaah yang tidak terkendali. Banyak jemaah berpindah tenda secara sepihak untuk berkumpul dengan kerabat atau kelompok bimbingan dari daerah asal. “Perpindahan ini memperburuk distribusi beban tenda dan menyulitkan kontrol layanan secara keseluruhan,” ujar dia.
Kondisi ini juga berdampak pada gangguan distribusi konsumsi jemaah. Selama di Arafah, jemaah haji Indonesia mendapatkan lima kali makan pada 8-9 Zulhijjah 1446 H. Penempatan jemaah yang tidak sesuai rencana menyulitkan pihak syarikah/markaz proses distribusi makanan dan logistik.
“Sebagian jemaah tidak mendapatkan jatah makan tepat waktu karena data distribusi di Markaz/Syarikah tidak cocok dengan kondisi riil,” ujar Mukhlis. (H-2)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/humaniora/780350/penempatan-jemaah-di-tenda-arafah-tidak-optimal-kemenag-banyak-yang-berpindah-tenda-sepihak