Koranriau.co.id-

PASUKAN keamanan Suriah kembali dikerahkan ke Provinsi Suwayda di selatan negara itu untuk meredakan bentrokan antara kelompok Druze dan suku Badui, setelah gencatan senjata yang disepakati sebelumnya kembali gagal, demikian menurut pernyataan dari Kementerian Dalam Negeri.
Di tengah ketegangan yang meningkat, Israel melancarkan serangan udara pada Jumat lalu di jalan raya Palmyra-Homs, menargetkan konvoi pejuang Badui yang dilaporkan sedang bergerak menuju Sweida. Serangan ini terjadi hanya dua hari setelah serangan besar Israel menghantam ibu kota Damaskus.
Kelompok pejuang Badui mengaku telah kembali menyerang wilayah yang dikuasai Druze pada Kamis (17/7) malam, meskipun pasukan pemerintah sebelumnya telah ditarik dari Suwayda.
Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa mencoba meredam kekerasan yang telah menewaskan ratusan orang dalam beberapa pekan terakhir.
Melaporkan dari Damaskus, jurnalis Al Jazeera Jumat (18/7) Zeina Khodr, menyampaikan bahwa keputusan pemerintah Suriah untuk mengerahkan pasukan kembali ke Suwayda muncul setelah adanya permintaan bantuan dari warga setempat.
“Suku-suku Badui tinggal di provinsi yang mayoritas penduduknya adalah Druze, namun mereka memanggil bantuan dari suku-suku lain di provinsi lain untuk bergabung dalam konflik,” ujarnya.
Dia menilai ini sebagai eskalasi yang sangat berbahaya pasca penggulingan Bashar al-Assad pada Desember tahun lalu.
“Ini adalah garis patahan lama antara suku Badui dan beberapa faksi Druze, dan telah terjadi serangkaian kekerasan sejak jatuhnya rezim tersebut. Namun kali ini, situasinya berbeda karena suku Badui menuntut intervensi negara,” tambah Khodr.
Sementara itu, seorang komandan militer Badui mengatakan gencatan senjata hanya berlaku bagi tentara pemerintah, tidak untuk kelompoknya. Mereka juga menuntut pembebasan pejuang Badui yang ditahan oleh kelompok Druze.
Berhasil memasuki Suwayda
Laporan menyebutkan bahwa pasukan Badui telah berhasil memasuki wilayah Suwayda dalam beberapa jam terakhir.
Pemerintah Suriah mengecam serangan Israel yang disebut sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan nasional, tepat saat Damaskus berupaya memperkuat gencatan senjata antara kelompok yang bertikai.
Israel membenarkan serangannya dengan alasan ingin melindungi komunitas Druze, meskipun analis dalam negeri menilai bahwa serangan tersebut dilandasi kepentingan politik domestik dan strategi regional.
Sejak jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad setelah 14 tahun perang, Israel telah melancarkan ratusan serangan terhadap wilayah Suriah dan menguasai sekitar 400 kilometer persegi wilayah baru, belum termasuk Dataran Tinggi Golan yang diduduki sejak 1967.
Meskipun gencatan senjata sempat diumumkan pada Rabu lalu, kekerasan tetap terjadi. Serangan Israel pekan lalu bahkan menghantam Kementerian Pertahanan dan wilayah dekat istana presiden di Damaskus.
Keselamatan jadi prioritas
Presiden Ahmed al-Sharaa dalam pidato televisi menyampaikan keselamatan warga Druze menjadi prioritas. Dia mengumumkan bahwa keamanan di Suwayda akan ditangani oleh para pemimpin lokal untuk menghentikan konflik sektarian dan meredam agresi Israel.
“Kami tidak sektarian dan kami tidak pernah ingin menimbulkan perpecahan. Kami bertanggung jawab penuh atas siapa pun yang mengganggu keamanan dan stabilitas,” kata Syekh Hikmat al-Hijri, salah satu tokoh spiritual Druze di Suriah.
Dia menegaskan bahwa individu yang melakukan tindakan provokatif tidak mewakili komunitas manapun dan tidak boleh dikaitkan dengan sekte atau daerah tertentu. (Fer/I-1)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/internasional/792793/konflik-druze-badui-memanas-pasukan-suriah-dikerahkan-ke-suwayda-