Pemahaman Sejarah, Objek Bersejarah, serta Aturannya untuk Warga Depok

PENGENALAN dan pemahaman atas sejarah dan objek bersejarah serta aturan-aturannya sudah selayaknya diketahui oleh masyarakat Depok, terutama para pelajar dan guru sejarahnya sebagai stakeholders. Melestarikan sejarah dan objek bersejarah merupakan hal krusial agar masyarakat mengenali jati dirinya. 

“Begitu juga penerapan kebijakan atas objek-objek tersebut yang sangat sedikit diketahui oleh masyarakat umumnya, termasuk pemerintah kota,” ujar Joris Tutupoly, Ketua Yayasan Lintas Alumni Nusantara Bersatu, dalam seminar dan kunjungan ke beberapa situs cagar budaya di Dopamine Coffee & Tea yang pada zaman kolonial ialah bangunan Europeesche Lagere School (ELS), Depok, Sabtu (19/7). 

Yayasan Alumni Nusantara Bersatu menggandeng Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) dan GPIB Immanuel Depok mengadakan seminar itu. Ia berharap seminar sejenis akan lebih sering dilakukan agar pengetahuan tersebut tersebar secara merata untuk dipahami oleh masyarakat Depok khususnya. 

Ahli sejarah JJ Rizal dan Judi Wahjudin sebagai seorang ahli dari Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) didapuk sebagai narasumber. Masing-masing membahas topik yang terkait sejarah kota Depok serta pengertian cagar budaya, proses objek menjadi cagar budaya, UU Cagar Budaya, penerapannya pada objek bersejarah, dan bernilai arkeologis di Depok.

Setelah seminar yang diwarnai pertanyaan-pertanyaan antusias dari siswa dan guru serta tokoh masyarakat, mereka mengunjungi beberapa objek cagar budaya di sekitar Jalan Pemuda. Sebut saja Pastori Immanuel Depok, SMA Kasih – Ebenhaezer, kantor YLCC, dan diakhiri di Gereja Emanuel yang dipimpin oleh Boy Loen dari Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC). (RO/I-2)