Koranriau.co.id-

PRACTICE make perfect. Itu hukum besi dalam kehidupan, termasuk olahraga. Apabila ingin menjadi yang terbaik, ia harus yang paling rajin dalam berlatih, paling disiplin, paling berkomitmen, dan paling lama berada di lapangan.
Cristiano Ronaldo menjadi mahabintang bukan karena ia lebih berbakat daripada Pele, Diego Maradona, atau Lionel Messi. Bakat yang dimiliki Ronaldo tidak sebesar bakat yang dimiliki mahabintang sepak bola yang lain.
Lalu, mengapa Ronaldo bisa masuk ke dalam jajaran greatest of all time (GOAT)? Karena Ronaldo mau berlatih lebih lama daripada pemain yang lain. Semua rekan satu tim mengakui bahwa mereka tidak pernah bisa mengalahkan kedisiplinan Ronaldo dalam berlatih. Pemain Portugal itu selalu datang lebih awal dan pulang paling akhir jika dibandingkan dengan pemain yang lain.
Setiap hari ia berlatih ratusan kali menendang bola ke arah gawang dari berbagai sudut lapangan. Itulah yang membuat Ronaldo sering mencetak gol spektakuler dari sebuah tendangan bebas.
Ronaldo melatih fisik secara spartan. Tidak usah heran di usia 40 tahun ia masih mampu bermain penuh menghadapi pemain-pemain yang jauh lebih muda. Belum lama kapten kesebelasan Portugal itu berhasil membawa negaranya menjuarai Piala UEFA Antarnegara.
NO PAIN NO GAIN
Tidak ada sesuatu yang didapat dengan mudah. Semua harus mau bersusah payah kalau mau berhasil. Latihan yang keras dan disiplin pasti tidak akan membohongi hasil.
Dalam konteks inilah kita mengingatkan kembali perlunya keseriusan mempersiapkan kesebelasan nasional menghadapi babak keempat penyisihan Piala Dunia 2026 Grup Asia. Hanya tinggal 10 pekan tersisa sebelum tim asuhan Patrick Kluivert menjalani pertandingan paling menentukan untuk bisa lolos ke putaran final Piala Dunia di Amerika Utara.
Ada enam negara yang bersaing untuk memperebutkan dua tiket yang masih tersisa. Pembagian grup sudah dilakukan 17 Juli lalu dan Indonesia berada satu grup bersama Arab Saudi serta Irak.
Tempat pertandingan sudah ditetapkan di Arab Saudi. Penetapan ini sangat merugikan karena tuan rumah mempunyai kepentingan. Bahkan jadwal pertandingan disusun menguntungkan Arab Saudi karena mereka mempunyai waktu istirahat enam hari sebelum pertandingan kedua dimainkan, sementara Indonesia dan Irak hanya memiliki waktu istirahat tiga hari untuk menjalani pertandingan kedua.
Padahal, tanpa itu pun bukan hal yang mudah bagi Jay Idzes dan kawan-kawan untuk menjalani babak keempat yang menentukan ini. Meski Indonesia pernah mengalahkan Arab Saudi 2-0 di Stadion Bung Karno, tim ‘Elang Arab’ dan Irak merupakan tim langganan juara Asia.
Atas dasar itulah, tim ‘Garuda’ harus lebih awal melakukan latihan bersama. Bahkan di kolom ini saya pernah mengusulkan, setelah kekalahan telak 0-6 dari Jepang, Kluivert seharusnya meminta para pemain tidak menggunakan liburan musim panas mereka, tetapi bersama-sama menjalani pemusatan latihan nasional.
Kita tidak melihat tim nasional bergegas untuk mempersiapkan diri. Semua dianggap biasa-biasa saja, business as usual. Bahkan PSSI tidak terpanggil untuk meminta para pemain lebih keras mempersiapkan diri. Persiapan yang lebih dini penting karena masih banyak kekurangan yang dimiliki tim Indonesia. Kekalahan telak dari Jepang menunjukkan banyaknya kelemahan yang perlu diperbaiki menghadapi babak keempat.
Paling utama ialah membangun saling pengertian di antara pemain. Dan yang paling penting bagaimana memahami sistem bermain yang lebih efektif, yang bisa mengejutkan kesebelasan lawan.
KENDALA NATURALISASI
Persoalan terberat dari naturalisasi yang dilakukan PSSI, para pemain hanya berganti paspor. Mereka tidak menetap dan memiliki tempat tinggal di Indonesia. Kartu tanda penduduk dari semua pemain naturalisasi menggunakan alamat tempat tinggal yang sama. Atas alasan ‘kedaruratan dan kemendesakan’ memang diambil jalan pintas untuk program naturalisasi.
Sekarang para pemain itu sudah resmi menjadi warga negara Indonesia. Akan lebih baik apabila mereka tinggal di Indonesia karena ada kewajiban sebagai WNI yang harus dipenuhi. Seperti memiliki nomor pokok wajib pajak karena tidak ada warga negara yang tidak membayar pajak.
Kewajiban yang lain ialah membela kepentingan Indonesia pada saat dibutuhkan. Sekarang ini Indonesia membutuhkan kehadiran para pemain naturalisasi untuk mempersiapkan diri agar tim nasional bisa membuat sejarah lolos ke putaran final Piala Dunia 2026.
Kebersamaan pemain menjadi faktor kunci keberhasilan sebuah tim karena sebelas pemain yang turun di lapangan harus menjadi satu kesatuan dan satu hati. Ibaratnya, dengan kerlingan mata saja, pemain harus tahu apa yang dibutuhkan pemain yang lain.
Negara yang maju sepak bolanya pun membutuhkan waktu untuk berkumpul bersama sebelum turun bertanding. Semakin lama mereka mempunyai kesempatan untuk bisa bersama-sama, maka Ikatan batin di antara pemain akan semakin kuat dan berimbas pada prestasi yang lebih tinggi.
Para pemain naturalisasi, walaupun mempunyai dasar sepak bola yang baik, kualitas mereka belum sejajar seperti para pemain di tim ‘Oranye’, Belanda. Mereka hanya lebih baik daripada rata-rata pemain yang dibina dari sepak bola dalam negeri. Sekali lagi, kualitas permainan mereka saat menghadapi Jepang bisa menjadi tolok ukurnya. Padahal pada pertandingan itu Jepang tidak turun dengan kekuatan penuh, tetapi begitu rapuhnya pertahanan Indonesia.
Di babak keempat nanti, semua tim akan mengerahkan kemampuan terbaik agar bisa merebut tiket ke putaran final. Arab Saudi yang akan menjadi lawan pertama tim ‘Garuda’ pasti belajar dari dua pertandingan yang telah dimainkan, yakni saat mereka ditahan imbang di kandang dan kalah ketika bertanding di Jakarta.
Sukses di dua pertandingan pertama tentu menjadi modal berharga untuk pertandingan yang ketiga nanti. Tetapi kita tidak bisa taken for granted bahwa Jay Idzes dan kawan-kawan pasti akan meraih kesuksesan yang sama. Kuncinya kembali pada persiapan tim karena Arab Saudi pasti ingin membalas kekalahan mereka.
Pertandingan kedua yang hanya berselang tiga hari kemudian melawan Irak juga tidak mudah. Para pemain Irak tidak hanya solid sebagai tim, tetapi memiliki fisik yang kuat. Apalagi mereka baru akan memainkan pertandingan pertama, sedangkan tim ‘Garuda’ sudah terkuras saat menghadapi Arab Saudi.
Sekarang semua terpulang kepada kemauan seluruh anggota tim, apakah skuad ‘Garuda’ mau membuat sejarah atau tidak? Kalau memang mau, semua harus mau berkorban, karena ‘no pain, no gain‘. Tidak ada hasil yang baik tanpa mau bersusah payah.
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/sepak-bola/795088/apa-kabar-patrick-kluivert