Koranriau.co.id –
Jakarta, CNN Indonesia —
Masyarakat Indonesia sering kali menitipkan penghasilan ke keluarga, baik untuk disimpan ataupun diinvestasikan.
Meski begitu, tak jarang kebiasaan itu berujung konflik seperti kisah artis cilik Farel Prayoga. Dia bercerita uang hasil bernyanyi dipakai keluarga tanpa seizinnya.
Penyanyi yang viral gara-gara nyanyi di depan Presiden ke-7 RI Joko Widodo itu selalu menitipkan penghasilan ke ayah dan ibu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belakangan, ia menemukan uang di rekening cuma sisa Rp56 ribu. Usut punya usut, duit Farel yang tadinya masih seratusan juta rupiah dipakai membeli kuda.
Keluarga Farel juga menjadi sorotan setelah Joko Suyoto, ayah Farel, ditangkap polisi dalam kasus judi online. Namun, belum diketahui apakah Joko main judol pakai duit Farel.
Kisah serupa juga dialami beberapa pesohor tanah air. Misalnya, pasangan selebritas Irwansyah dan Zaskia Sungkar yang kena tipu Rp5 miliar oleh adiknya sendiri.
Hafiz Fatur, adik Irwansyah, dilaporkan ke kepolisian pada 2022 karena memalsukan tanda tangan untuk kredit. Dia disebut meminjam Rp1 miliar-Rp2 miliar sejak 2018 ke bank swasta.
Selain itu, ada cerita mantan artis cilik Baim Alkatiri. Ayah Baim, Halil Fuad Alkatiri, sempat dikabarkan membawa kabur uang hasil kerja Baim Rp32 miliar.
Baim yang sempat mendapatkan bayaran Rp15 juta per episode mengaku tak pernah menikmati uang hasil kerjanya. Ayahnya selalu mengklaim uang ditabung untuk pendidikan.
Lalu bagaimana cara mempercayakan pengelolaan uang ke keluarga agar tak disalahgunakan seperti Farel Prayoga?
Buat perjanjian tertulis
Perencana keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andy Tri Nugroho menyarankan ada pembahasan mengenai batasan penggunaan uang saat awal penitipan uang.
Pemilik uang ataupun keluarga harus tahu tujuan jangka panjang penggunaan uang itu. Lalu apa saja batasan menggunakan uang tersebut.
Dia menyarankan ada perjanjian tertulis antara dua belah pihak. Andy memahami perjanjian semacam ini kurang umum di kultur keluarga Indonesia, tetapi menjadi penting untuk mencegah hal-hal tak diinginkan.
“Bila memang memungkinkan, membuat perjanjian tertulis yang berisi Batasan-batasan dan tata cara penggunaan uang tersebut akan jadi lebih baik. Sehingga tidak ada lagi saling tuduh dan fitnah,” kata Andy saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (25/7).
Pakai rekening khusus
Perencana keuangan Budi Raharjo menyarankan pembuatan rekening khusus. Rekening ini digunakan agar penitip uang maupun keluarga bisa memantau isi rekening bersama.
Untuk kasus anak seperti Farel dan Baim, fungsi rekening ini adalah memisahkan uang anak dengan uang orang tua. Dengan demikian, uang anak tidak terpakai karena alasan tercampur.
Orang tua harus transparan mengenai uang di rekening itu. Anak perlu diajari untuk bisa ikut mengawasi rekening.
“Anak dapat ikut memonitor rekening tersebut dan dapat memperoleh laporan apabila terjadi proses mutasi dalam rekening, melalui notifikasi SMS, misalnya,” ujar Budi.
Pembatasan akses rekening
Andy menyarankan pembatasan akses rekening bersama. Harus ada kesepakatan di awal tentang siapa saja yang bisa mengetahui kata atau nomor sandi mobile banking.
“Juga pembatasan siapa saja yang boleh mengetahui password transaksi mobile banking ataupun memegang kartu debit tabungan tersebut,” katanya.
Pengawasan tambahan
Untuk kasus penitipan uang warisan anak, Budi menyarankan orang tua mengajukan perwalian ke pengadilan. Hal ini agar ada mekanisme pengawasan pihak ketiga.
“Dengan perwalian ini, maka orang tua menjadi memiliki kewajiban untuk membuat laporan penggunaan uang dan sumber dana yang diperoleh anak serta orang tua jadi menyadari konsekuensi hukum apabila terjadi penyelewengan penggunaan harta anak,” ujarnya.
Dia berkata belum ada aturan ketat di Indonesia yang melindungi anak yang berpenghasilan.
Di Amerika Serikat, ada mekanisme Rekening Coogan yang mewajibkan 15 persen penghasilan anak disisihkan dan dikelola wali amanat hingga usia 18 tahun. Aturan ini dibuat untuk mencegah orang tua atau pihak ketiga menyalahgunakan uang anak.
Edukasi orang tua
Budi berpendapat keluarga yang dititipkan uang harus sadar bahwa duit itu bukan miliknya. Untuk membangun kesadaran itu, diperlukan pendidikan terus-menerus kepada masyarakat.
“Orang tua dibekali pengetahuan mengenai cara pengelolaan dan perencanaan keuangan yang baik agar penghasilan anak dapat betul-betul dimanfaatkan bagi kesejahteraan anak,” ucap Budi.
Berapa jumlah uang yang boleh dititipkan ke keluarga?
Budi dan Andy sama-sama berpendapat tidak ada batasan ideal berapa banyak uang yang sebaiknya dititipkan ke keluarga.
Mereka hanya menekankan kesepakatan dua belah pihak. Selain itu, transparansi menjadi kunci penitipan uang itu berjalan lancar.
“Akan sangat tergantung pada kultur dan norma yang dianut dan dijalankan oleh keluarga tersebut, serta tingkat kepercayaan si anak terhadap keluarganya apakah mampu mengelola uang yang disimpan dengan baik atau tidak,” tutur Andy.
(dhf/agt)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20250725180430-83-1255003/tips-titip-uang-ke-keluarga-agar-tak-seperti-farel-prayoga-dan-baim