Koranriau.co.id-

MANTAN Ibu Negara Pantai Gading, Simone Gbagbo, resmi kembali ke panggung politik dengan langkah mengejutkan. Ia mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilu Oktober mendatang. Perempuan berusia 76 tahun yang dulu dijuluki “iron lady” ini pernah dikenal sebagai sosok berpengaruh di balik kepemimpinan sang mantan suami, Laurent Gbagbo.
Pengumuman pencalonannya menandai kebangkitan politik yang luar biasa. Dari pernah bersembunyi di bunker demi menghindari penangkapan, hingga kini berdiri lantang menyerukan dukungan rakyat untuk “membangun bangsa baru.”
Jejak Panjang Politik dan Kontroversi
Simone dan Laurent Gbagbo sama-sama lahir dari gerakan aktivisme melawan rezim otoriter Félix Houphouët-Boigny. Mereka berdua mendirikan Front Populer Ivorien (FPI) pada 1982. Selama tiga dekade kemudian menjadi pasangan politik paling berpengaruh di Pantai Gading.
Sebagai ibu negara (2000-2011), Simone sering disebut lebih keras dari suaminya. Ia dianggap memiliki pengaruh besar atas aparat keamanan dan dikenal dengan retorika tajam berbasis keyakinan Kristen evangelis.
Masa kejayaan itu runtuh setelah Laurent kalah dalam pemilu 2010 melawan Alassane Ouattara. Penolakannya turun dari kursi presiden memicu perang saudara yang menewaskan lebih dari 3.000 orang. Pasangan Gbagbo akhirnya ditangkap di sebuah bunker. Simone divonis 20 tahun penjara atas tuduhan mengganggu keamanan negara.
Hanya tiga tahun kemudian, Presiden Ouattara memberinya amnesti demi rekonsiliasi nasional. Meski demikian, reputasinya tetap terbelah, antara sosok pejuang demokrasi dan figur keras yang terlibat dalam konflik berdarah.
Dari Perceraian hingga Ambisi Baru
Setelah bebas, kehidupan pribadi Simone juga terguncang. Laurent Gbagbo, yang sempat ditahan di Den Haag dan kemudian dibebaskan, kembali ke Pantai Gading pada 2021 hanya untuk menggugat cerai. Perceraian itu mendorong Simone membangun jalannya sendiri di politik.
Ia mendirikan partai baru, Movement of Capable Generations (MGC), dengan janji menghadirkan Pantai Gading yang “modern” dan “makmur.” Dengan barisan pendukung setia, terutama dari basis suaminya dulu, Simone kini tampil sebagai salah satu penantang terkuat Ouattara.
Signifikansi Politik
Simone Gbagbo bukan sekadar kandidat senior. Jika terpilih, ia akan mencatat sejarah sebagai presiden perempuan pertama Pantai Gading, sebuah pencapaian besar di negara yang masih minim representasi politik bagi perempuan, hanya 30% anggota parlemen yang perempuan, dan sedikit sekali yang menempati posisi puncak pemerintahan.
Bagi sebagian kalangan, masa lalunya masih menjadi bayang-bayang. Namun, bagi pendukungnya, Simone tetaplah simbol keteguhan dan keberanian. Apa pun hasil pemilu Oktober nanti, satu hal jelas: sorotan kali ini bukan lagi pada Laurent, melainkan pada Simone Gbagbo, sang “iron lady” yang kembali ke gelanggang politik dengan ambisi tertinggi. (BBC/Z-2)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/internasional/810736/simone-gbagbo-dari-bunker-ke-bursa-capres-iron-lady-siap-rebut-kursi-presiden