Koranriau.co.id-

RIBUAN pusaran debu kecil atau dust devil berputar di dataran berkarat Mars dengan kecepatan luar biasa. Kecepatannya mencapai hampir 160 kilometer per jam, jauh melebihi perkiraan sebelumnya.
Temuan ini diungkap tim peneliti yang menganalisis lebih dari 1.000 pusaran debu dari citra dua wahana milik European Space Agency (ESA) selama dua dekade terakhir. Hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science Advances itu memberikan wawasan baru tentang dinamika angin di Planet Merah.
Menurut Valentin Bickel dari Universitas Bern, Swiss, yang memimpin studi tersebut, pemahaman baru ini penting untuk perencanaan misi eksplorasi Mars di masa depan. “Dengan mengetahui kecepatan angin dan pola terbentuknya pusaran debu, para ilmuwan bisa memperkirakan seberapa banyak debu yang menempel di panel surya wahana pendarat atau rover, serta menentukan frekuensi pembersihan otomatis,” jelasnya.
Kecerdasan Buatan
Untuk membuat katalog ini, tim Bickel menggunakan kecerdasan buatan (AI) guna memeriksa ribuan arsip gambar dari wahana Mars Express dan ExoMars Trace Gas Orbiter (TGO). AI tersebut menghitung pergeseran posisi setiap pusaran antara dua foto berurutan, lalu menentukan arah dan kecepatannya.
Menariknya, kedua wahana itu sebenarnya tidak dirancang untuk mengukur angin. Para peneliti memanfaatkan perbedaan warna mikro yang muncul akibat jeda beberapa detik antara pengambilan gambar tiap saluran kamera. Biasanya dianggap sebagai “gangguan gambar”, perbedaan kecil itu justru menjadi kunci untuk mengukur gerakan pusaran debu secara akurat.
Pusaran-pusaran ini paling sering muncul di dataran berdebu seperti Amazonis Planitia, terutama saat siang hari pada musim semi dan musim panas Mars. Mereka hanya bertahan beberapa menit, dengan puncak aktivitas antara pagi menjelang siang hingga tengah hari, mirip dengan fenomena dust devil di Bumi.
Debu Mars
Berbeda dengan Bumi, debu di Mars bisa bertahan di atmosfer selama berbulan-bulan, karena tidak ada hujan yang bisa membersihkannya. Memahami bagaimana dan kapan debu terangkat dari permukaan sangat penting untuk memprediksi cuaca dan iklim jangka panjang Mars.
“Debu memengaruhi segalanya di Mars, dari kondisi cuaca lokal hingga kualitas citra wahana,” kata Colin Wilson, ilmuwan proyek ESA untuk Mars Express dan TGO. “Sulit melebih-lebihkan betapa pentingnya peran debu di planet ini.”
Temuan ini tidak hanya membantu ilmuwan memahami Mars lebih baik, tetapi juga dapat meningkatkan akurasi model atmosfer dan prakiraan cuaca bagi setiap misi masa depan yang mendarat di Planet Merah. (Space/Z-2)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/teknologi/819067/tornado-mini-di-mars-berputar-hampir-160-km-per-jam