Koranriau.co.id-

SEORANG warga sipil Australia bernama Ahmed al Ahmed menuai pujian. Sebab tanpa memikirkan nyawa, ia berani melucuti senjata pelaku penembakan massal di Pantai Bondi, Sydney. Meski kini mengalami luka serius, Ahmed menegaskan dirinya tidak menyesali tindakan tersebut.
Ahmed menyatakan bahwa ia akan mengambil langkah yang sama jika dihadapkan pada situasi serupa, meskipun harus mempertaruhkan nyawa. Pernyataan itu disampaikan melalui Sam Issa, pengacara imigrasi yang mendampinginya, saat mengunjungi Ahmed di Rumah Sakit St George, Kogarah, Sydney bagian selatan, pada Senin (15/12) malam waktu setempat.
“Dia tidak menyesali apa yang telah dilakukannya. Dia mengatakan akan melakukannya lagi. Tetapi rasa sakitnya mulai membebani dirinya,” kata Issa.
“Dia sama sekali tidak sehat. Tubuhnya penuh luka tembak. Pahlawan kita sedang berjuang saat ini,” ujarnya, menggambarkan kondisi Ahmed.
Issa mengungkapkan bahwa Ahmed mengalami lima luka tembak di lengan kirinya. Salah satu proyektil bahkan menembus hingga ke bagian belakang tulang belikat kiri dan belum berhasil dikeluarkan oleh tim medis.
Sebelumnya, Ahmed dilaporkan terkena dua tembakan ketika bergulat dengan pelaku untuk merebut senjata api saat penembakan massal berlangsung di kawasan Pantai Bondi pada Minggu (14/12). Insiden tersebut menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai lebih dari 40 lainnya.
Saat Ahmed masih menjalani pemulihan pascaoperasi pertamanya, Issa menyampaikan kekhawatiran bahwa kliennya berisiko kehilangan lengan kiri. Dalam foto yang diambil di rumah sakit, terlihat seluruh lengan kiri Ahmed terbalut perban.
“Kondisinya jauh lebih buruk dari yang diperkirakan. Ketika Anda membayangkan sebuah peluru di lengan, Anda tidak membayangkan cedera serius, tetapi dia telah kehilangan banyak darah,” tutur Issa.
Ahmed merupakan seorang Muslim asal Suriah yang tiba di Australia pada 2006 setelah melarikan diri dari perang sipil di negaranya. Ia resmi memperoleh kewarganegaraan Australia pada 2022, setelah melalui perjuangan panjang.
Pria berusia 44 tahun itu kini tinggal di Sydney dan dikenal sebagai pemilik toko tembakau. Ia juga merupakan ayah dari dua anak perempuan berusia lima dan enam tahun.
Issa menuturkan bahwa Ahmed merasa memiliki utang moral kepada masyarakat Australia setelah mendapatkan status kewarganegaraan.
“Ahmed adalah seorang pria yang rendah hati, dia tidak tertarik pada pemberitaan, dia hanya melakukan apa yang harus dia lakukan sebagai manusia pada hari itu,” kata Issa.
“Dia merasa bersyukur karena berada di Australia. Ini adalah caranya untuk menyampaikan rasa terima kasihnya karena bisa tinggal di Australia, karena telah diberikan kewarganegaraan,” lanjutnya.
“Dia benar-benar menghargai masyarakat ini, dan dia merasa bahwa sebagai anggota masyarakat, dia harus bertindak seperti itu dan berkontribusi,” ujar Issa.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menjenguk Ahmed di rumah sakit. Usai kunjungan tersebut, Albanese menyebut Ahmed sebagai pahlawan sejati Australia yang mencerminkan nilai terbaik bangsa.
“Dia sangat rendah hati. Dia merenungkan proses berpikirnya saat melihat kekejaman itu terjadi. Dia pergi ke Bondi bersama teman dan kerabatnya,” ujar Albanese.
“Dia hanya ingin minum kopi, sesederhana itu, dan mendapati dirinya berada di saat orang-orang ditembak di depannya. Dia memutuskan untuk bertindak, dan keberaniannya adalah inspirasi bagi semua warga Australia,” tambahnya.
Albanese juga menyampaikan bahwa kedua orang tua Ahmed telah tiba di Australia dari Suriah.
“Saya juga dapat bertemu mereka. Mereka adalah orang tua yang sangat bangga. Di saat kita menyaksikan kejahatan terjadi, dia bersinar sebagai contoh kekuatan kemanusiaan,” pungkasnya. (Sydney Morning Herald/H-4)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/internasional/841046/ahmed-tak-pikirkan-nyawa-sendiri-saat-rebut-senjata-penembak-bondi-ini-sosoknya




