Nasional

Akses Jalan dan Jembatan masih Jadi Hambatan di Distrik Ulilin Merauke

Koranriau.co.id-

Akses Jalan dan Jembatan masih Jadi Hambatan di Distrik Ulilin Merauke
Kondisi infrastruktur jembatan yang rusak di Distrik Ulilin, Merauke.(Dok Tim Ekspedisi Patriot UI. )

KAWASAN Transmigrasi di Distrik Ulilin, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan masih mempunyai hambatan dalam hal akses jalan dan jembatan. Pasalnya, sebagian besar jalan poros dan jalan kampung di Distrik Ulilin masih belum diaspal dan berlubang. Sebagian jalan berlubang ditutup dengan papan kayu. Hanya jalan provinsi saja yang sudah diaspal.

Distrik Ulilin termasuk beruntung karena wilayahnya dilalui jalan provinsi sehingga jalan di beberapa kampungnya mendapatkan dampak positif dari jalan aspal tersebut. Salah satu dampak positifnya adalah jarak tempuh antarkampung menjadi lebih cepat dan lebih ramai toko yang jual makanan maupun sembako dibandingkan distrik sekitarnya seperti Distrik Muting dan Elikobel yang tidak dilalui jalan provinsi tersebut.

Jalan provinsi Trans-Papua tersebut banyak dilalui mobil yang menuju ke arah Boven Digoel dari arah Merauke. Tidak jarang, ada beberapa penginapan juga sebagai tempat istirahat sementara atau transit.

”Banyaknya kendaraan yang lalu lalang di Distrik Ulilin khususnya di Kampung Mandekman sebenarnya membuat ada potensi untuk pembuatan terminal sebagai tempat istirahat sehingga perekonomian dapat semakin meningkat,” kata Kepala Kampung Mandekman, Ahmad Gusari, kepada wartawan, Minggu (5/10).

Dalam hal ini, masyarakat mengharapkan pemerintah dapat membuat terminal di Kampung Mandekman sehingga semakin banyak mobil penumpang ataupun mobil pengangkut barang yang dapat singgah dan memutarkan roda perekonomian di sekitarnya. Beberapa aspirasi tersebut sudah banyak diutarakan pada musrembang tingkat distrik maupun musrembang tingkat kabupaten. Namun, realisasinya masih belum ada sampai saat ini.

Selain itu, jembatan putus juga menjadi permasalahan yang hingga saat ini belum teratasi. Hal itu karena jembatan yang menghubungkan Kampung Mandekman dengan Kampung Berbeland belum juga diperbaiki selama dua tahun belakangan. Masyarakat harus memutar ke lahan kelapa sawit untuk dapat menuju Kampung Berbeland, Kampung Kir Ely, hingga Kampung Baidub.

”Kondisi ini merugikan masyarakat. Selain lebih jauh, jalan di jalur kelapa sawit ini sangat becek dan licin pada saat hujan. Hal itu tentunya membahayakan masyarakat yang melaluinya,” tegas Kepala Kampung Baidub Abdul R. Harahap.

Tidak hanya jembatan putus, beberapa jembatan di beberapa kampung juga perlu diperlebar. Sebagai contoh, jembatan di Kampung Rawahayu dan Kampung Kir Ely yang kurang lebar. Tentunya, hal tersebut membuat jalur distribusi terganggu. Hanya kendaraan sedang yang dapat melaluinya. Sementara itu, kendaraan besar belum bisa melewatinya.

Bahkan, beberapa kampung masih belum mempunyai jaringan telekomunikasi seperti di Kampung Kir Ely. Sebagiannya lagi juga mengeluhkan jaringan telekomunikasi yang tidak stabil. Jika listrik mati maka jaringan telekomunikasi juga ikut mati. Masyarakat pun berharap pihak Telkomsel dapat menambah tower BTS di setiap kampung supaya jaringan telekomunikasi stabil dan merata. Kondisi tersebut menyulitkan usaha masyarakat terutama sebagian besar mengandalkan usaha pertanian dan perkebunan.

“Sebenernya aspek infrastuktur dan layanan dasar yang dijadikan indikator ada sembilan, yaitu infrastuktur jalan dan jembatan, listrik, pemenuhan air bersih, layanan pendidikan, layanan kesehatan, jaringan telekomunikasi, jalur distribusi, hingga titik isolasi. Namun, infrastuktur jalan dan jembatan serta jaringan telekomunikasi yang masih menjadi masalah mendasar di sini,” ungkap Satwiko Budiono, salah satu anggota Tim Ekspedisi Patriot UI.

Berbagai permasalahan infrastuktur tersebut merupakan hasil dari survei lapangan dari Tim Ekespedisi Patriot Universitas Indonesia di Distrik Ulilin, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan, Jumat (3/10).

Survei lapangan itu dilakukan sebagai tindak lanjut dari diskusi kelompok terpumpun yang telah dilaksanakan dengan kepala dan aparat kampung (24/9) tentang infrastuktur dan layanan dasar di kawasan transmigrasi.

Beberapa kampung yang tergolong ke dalam eks-trans dan menjadi lokasi survei lapangan dari Tim Ekspedisi Patriot UI di Distrik Ulilin adalah Kampung Nggayu, Kampung Kafyamke, Kampung Mandekman, Kampung Rawahayu, Kampung Belbeland, Kampung Kandrakai, Kampung Baidub, Kampung Kir Ely, dan Kampung Kumaaf.

Dalam hal ini, Tim Ekspedisi Patriot UI adalah bagian dari program Transmigrasi Patriot yang diinisiasi oleh Kementerian Transmigrasi dalam rangka mengembangkan kawasan transmigrasi. Tidak hanya diikuti oleh UI, beberapa universitas pilihan juga turut berpartisipasi dalam Tim Ekspedisi Patriot. Mulai dari UGM, ITB, IPB, ITS, Unpad hingga Undip.

Kolaborasi dengan universitas tersebut bertujuan untuk melakukan pemetaan potensi dan riset sosial-ekonomi yang menghasilkan rekomendasi kebijakan strategis sebagai referensi dalam perencanaan, pembangunan, dan pengembangan kawasan transmigrasi.

Melalui program Transmigrasi Patriot, hal itu dapat menjadi wadah mempertemukan pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan pemangku kepentingan untuk menyatukan visi dan langkah dalam menyukseskan agenda Transformasi Transmigrasi sebagai dukungan terhadap Astacita untuk pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di kawasan transmigrasi. (E-4)

Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/nusantara/817857/akses-jalan-dan-jembatan-masih-jadi-hambatan-di-distrik-ulilin-merauke

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *