Koranriau.co.id-

AMERIKA Serikat kembali berada di ambang penutupan pemerintahan (government shutdown) pada Selasa malam, setelah perundingan antara Presiden Donald Trump dan pemimpin Demokrat di Kongres gagal mencapai titik temu. Alih-alih mendekat, kedua kubu justru semakin mengeras pada posisinya masing-masing.
Pemimpin mayoritas Senat dari Partai Republik, John Thune, menuduh Demokrat melakukan “penyanderaan politik”. Sementara itu, pemimpin Senat Demokrat Chuck Schumer menegaskan masih ada “perbedaan besar” antara pihaknya dengan Gedung Putih. Harapan kompromi pun kian menipis.
Perbedaan Tuntutan Demokrat dan Republik
Partai Republik mendorong perpanjangan sementara anggaran dengan tetap mempertahankan level belanja saat ini. Menurut mereka, langkah itu memberi waktu lebih panjang untuk negosiasi tanpa harus menanggung konsekuensi shutdown.
Sebaliknya, Partai Demokrat menuntut agar praktik pemangkasan anggaran sepihak oleh pemerintahan Trump dihentikan. Mereka juga mendesak adanya kesepakatan jelas untuk memperbarui subsidi asuransi kesehatan bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang akan habis akhir tahun ini.
Bagi Demokrat, isu kesehatan adalah senjata politik yang kuat. Mereka menilai, memperpanjang pendanaan hanya tujuh minggu tanpa solusi nyata sama saja dengan menunda masalah tanpa kemajuan berarti.
Dimensi Politik Lebih Dominan
Pertarungan kali ini bukan sekadar soal anggaran, melainkan uji kekuatan politik. Republik yakin berada di posisi aman karena publik biasanya menyalahkan pihak yang dianggap memicu shutdown. Wakil Presiden JD Vance bahkan menuding Demokrat sebagai pihak yang “menodong rakyat Amerika” dengan tuntutan mereka.
Namun, Demokrat tak sependapat. Mereka percaya mempertahankan subsidi kesehatan akan menguntungkan posisi politik mereka, sekaligus menunjukkan keberpihakan pada rakyat kecil.
Situasi makin pelik karena sebagian Republikan justru tampak siap menghadapi shutdown panjang. Kepala anggaran Gedung Putih, Russ Vought, bahkan menyebarkan memo bahwa pemerintahan Trump akan memanfaatkan shutdown untuk menutup permanen program-program federal yang dianggap “tidak esensial”.
Tekanan Internal dan Risiko Politik
Demokrat sendiri mendapat tekanan besar dari basis pendukungnya untuk tidak lagi berkompromi setelah sebelumnya dikritik karena menerima kesepakatan enam bulan dengan Partai Republik pada Maret lalu. Hal ini membuat mereka lebih terdorong untuk menunjukkan ketegasan, meski risikonya adalah shutdown berkepanjangan.
Di sisi lain, Partai Republik juga menghadapi dilema. Meski mereka lantang mendorong penghematan, sebagai partai yang sedang berkuasa, mereka bisa menjadi pihak yang paling dirugikan jika opini publik berbalik arah.
Shutdown sebelumnya di era Trump berlangsung 35 hari. Berakhir setelah pengendali lalu lintas udara yang bekerja tanpa gaji mulai mogok, mengancam lumpuhnya penerbangan nasional.
Kali ini, ketidakpastian kembali menghantui. Baik Demokrat maupun Republik sama-sama bersiap bertarung, namun belum ada yang tahu siapa yang akan lebih kuat menahan tekanan politik jika pemerintahan benar-benar ditutup. (BBC/Z-2)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/internasional/815918/amerika-serikat-terancam-alami-shutdown-pemerintahan-lagi-kebuntuan-politik-makin-tajam