Nasional

Antara Data dan Realita, Alih Fungsi Lahan Ancaman Nyata Produksi

Koranriau.co.id-

Antara Data dan Realita, Alih Fungsi Lahan Ancaman Nyata Produksi
Ilustrasi.(Antara)

PERSOALAN alih fungsi lahan pertanian kembali mencuat dalam Rapat Kerja Komisi IV DPR RI bersama Menteri Pertanian di Jakarta pada Rabu (3/9). Anggota Komisi IV DPR RI Rokhmin Dahuri dengan tegas menyoroti fenomena konversi lahan yang terjadi setiap tahun dan dinilai menjadi faktor krusial yang memengaruhi produksi beras nasional.

“Jadi apapun kerja keras Pak Menteri, meningkatkan produktivitas, cetak sawah di Papua, kalau konversi lahan di Jawa itu tidak terkendalikan, atau tidak disetop susah,” ujar Rokhmin.

Namun, alih-alih menjawab persoalan struktural tersebut, Menteri Pertanian Amran Sulaiman memilih meluruskan angka konversi yang dipaparkan. Ia menolak klaim konversi 100 ribu hektare per tahun dan merujuk data BPS yang jauh lebih kecil.

“Ini kami luruskan sedikit yang masalah konversi lahan 100 ribu hektare per tahun. Kami tidak tahu asal-usulnya, awal mulanya dari mana. BPS mengatakan 5 tahun terakhir itu 79 ribu lebih (konversi lahan), dan ini 5 tahun. 79 ribu dibagi 5.. ya sekitar 15 ribu hektare per tahun. Tetapi dari dulu dikatakan estimasi 100 ribu hektare per tahun,” ujar Amran.

Sayangnya, perbedaan angka tidak mengubah kenyataan di lapangan: lahan sawah terus menyusut dengan kecepatan mengkhawatirkan. Direktur Perlindungan dan Optimasi Lahan Kementerian Pertanian, Brigjen Pol Andi Herindra, justru mempertegas ancaman tersebut. Ia mengungkapkan bahwa di Jawa Tengah, luas Lahan Baku Sawah (LBS) anjlok drastis dari 1.049.661 hektare pada 2019 menjadi 987.468 hektare pada 2024. Artinya, dalam lima tahun saja lebih dari 62 ribu hektare sawah hilang terkonversi.

“Ini situasi yang sangat mengkhawatirkan. Jika dibiarkan, alih fungsi lahan ini akan mengancam ketahanan pangan nasional dan berdampak pada tidak terpenuhinya target swasembada yang kita bangun bersama,” tegas Andi Herindra dalam audiensi Stranas PK di Semarang, Selasa (5/8).

Data BPS juga menunjukkan gejala nyata dampak alih fungsi lahan. Luas areal panen terus tergerus: dari 10,66 juta hektare pada 2020 turun menjadi 10,41 juta hektar pada 2021. Meski sempat naik tipis pada 2022 menjadi 10,45 juta hektar, angka itu kembali merosot pada 2023 (10,21 juta hektare) dan 2024 (10,05 juta hektare).

Produktivitas padi pun mengalami indikasi stagnasi. Setelah 2022 tercatat 5,24 ton per hektare, angka itu hanya naik sedikit menjadi 5,29 ton pada 2023 dan stagnan di level sama pada 2024. Dengan produktivitas yang jalan di tempat, penyusutan lahan sawah justru semakin mempersempit ruang bagi produksi pangan nasional. (Cah/P-3)

Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/humaniora/808092/antara-data-dan-realita-alih-fungsi-lahan-ancaman-nyata-produksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *