Koranriau.co.id-

ASOSIASI perudangan nasional Shrimp Club Indonesia (SCI) menyebut kasus kontaminasi zat radioaktif Cesium-137 (Cs-137) pada produk ekspor udang beku Indonesia ke Amerika Serikat merupakan kejadian luar biasa yang belum pernah terjadi.
Ketua Umum SCI Andi Tamsil mengatakan dampak dari kejadian tersebut tentu saja mengkoreksi kepercayaan publik. Pihaknya menekankan bahwa udang ini adalah korban dari kelalaian para pihak yang membuat masuknya zat radioaktif ini. Bahkan belakangan bukan hanya udang yang menjadi korban kontaminasi zat radioaktif.
“Cengkeh, sayuran dan bumbu-bumbu masak juga menjadi korban serupa dengan lalainya berbagai pihak yang meloloskan besi tanpa pemeriksaan ini. Salah kaprah yang fatal ini membuat pihak Amerika mempertanyakan keamanan pangan kita,” kata Andi kepada Media Indonesia, Minggu (5/10).
“Tentu saja hal ini sangat melenceng dari konteks bahwa kami pengusaha udang adalah korban kelalaian. Zat radioaktif tersebut tebawa angin hingga menempel pada kontainer udang kami dan kontainer cengkeh, sayur dan bumbu masak lainnya,” ungkapnya.
Seperti diberitakan, pada Agustus lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat FDA mendeteksi kontaminasi Cs-137 pada udang beku yang diekspor oleh PT Bahari Makmur Sejati (BMS). Pemerintah merespons dengan membentuk Satuan Tugas Penanganan Kerawanan Bahaya Radiasi Cs-137 untuk menyelidiki kasus tersebut.
Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa sumber kontaminasi berasal dari pabrik baja PT PMT di kawasan industri Cikande, Serang, Banten, yang menggunakan bahan baku berupa scrap metal atau serbuk besi bekas. Kontaminasi diduga menyebar melalui udara ke fasilitas pengemasan udang milik PT BMS yang berjarak kurang dari dua kilometer dari pabrik tersebut.
Satgas Cs-137 menyebut tak semua produk udang yang dikembalikan dari AS terkontaminasi zat radioaktif Cs-137. Staf Ahli Bidang Transformasi Digital dan Hubungan Antar Lembaga Kemenko Bidang Pangan Bara Hasibuan menuturkan, dari 26 kontainer udang yang sudah dikembalikan ke Tanah Air, kontaminasi ditemukan pada 18 kontainer tetapi dalam jumlah yang sangat kecil.
Karena itu, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan dalam konferensi pers, Selasa (30/9), mengatakan produk ekspor udang beku Indonesia yang ditolak AS itu aman untuk dikonsumsi masyarakat. Menurutnya, setiap udang yang dikembalikan AS akan langsung diperiksa oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Setelah diperiksa, jika udang itu mengandung Cs-137 dengan kadar sangat rendah, maka aman untuk dikonsumsi.
“Kita juga punya standar ambang batas Cs-137 itu 500 becquerel/kg, kalau Amerika itu 1.200. Ternyata yang sudah kembali ke Indonesia ada yang hanya 68, minimum, yang itu jelas silahkan, boleh dimakan,” kata Zulhas.
Sementara bila ditemukan di atas ambang batas, udang tersebut akan dimusnahkan. Andi Tamsil menjelaskan, perihal toleransi, Indonesia memang memiliki standar yang lebih ketat dengan angka 500 bq/kg dibandingkan Amerika yang memiliki angka toleransi hingga 1200 bq/kg.
“Perlu kita pahami bahwa PT BMS adalah pabrik pengolahan udang dan pabrik pengemasan udang. Angka 68 bq/kg itupun ada pada badan kontainernya. Bukan pada daging udangnya. Tentu kita mengedepankan keamanan pangan diatas batas standar. Karenanya zero tolerance terhadap paparan radioaktif sifatnya adalah suatu keharusan,” paparnya.
Menurutnya, kejadian ini harus dijadikan momentum untuk berbenah dan meningkatkan mutu keamanan.
“Saya rasa semua pihak harus berbenah. Pabrik pengemasan makanan, keamanan area industri, dan kontrol pelabuhan agar radioaktif ini tidak kembali masuk dan merugikan pihak lain seperti industri udang dan cengkeh yang saat ini menjadi korban secara langsung,” pungkasnya. (E-4)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/ekonomi/817860/asosiasi-perudangan-sebut-kontaminasi-radioaktif-hal-yang-luar-biasa