Koranriau.co.id-
Jakarta –
ak sekadar minuman hangat yang bikin rileks, bagi suku ini, teh menjadi alat utama untuk menyatakan cinta dan melamar pasangan.
Di lembah Sungai Derung yang berkabut di barat daya China, tradisi dan kehidupan berjalan dengan ritme yang berbeda dari dunia modern.
Dilansir darit Outpoll (16/10/2025), di tengah suku etnik kecil beranggotakan sekitar 7.000 orang ini, secangkir teh bukan sekadar minuman, melainkan simbol cinta dan komitmen hidup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi masyarakat etnis Derung, sebuah lamaran pernikahan disampaikan melalui ritual sederhana tapi sarat makna yang disebut Shuohun atau ‘Mengucap Pernikahan.’
Dalam tradisi ini, seorang pria muda akan menawarkan secangkir teh kepada perempuan yang dicintainya, dan seluruh masa depannya bergantung pada keputusan perempuan itu untuk menerima atau menolak cangkir tersebut.
![]() |
Ritual ini dilakukan dalam suasana hening dan penuh penghormatan. Biasanya berlangsung di dalam rumah keluarga calon mempelai. Aroma teh lokal yang diseduh memenuhi udara juga menjadi ciri khas dalam tradisi ini.
Jika sang perempuan menerima teh itu, maka berarti ia juga menerima lamaran sang pria. Terjadi sebuah kesepakatan untuk membangun masa depan bersama, menyatukan dua keluarga, dan melanjutkan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Namun jika cangkir teh itu ditolak, keputusan itu diterima sebagai tanda penolakan yang jujur dan penuh penghormatan.
Seorang antropolog budaya dari Universitas Yunnan, Li Wen, menjelaskan tradisi ini mencerminkan nilai kesederhanaan dan ketulusan dalam masyarakat Derung.
![]() |
“Tidak ada cincin, tidak ada pesta besar. Hanya secangkir teh dan keputusan yang tulus. Itulah bentuk cinta yang paling murni,” ujarnya. Ia menambahkan ritual teh ini juga berfungsi sebagai penanda identitas budaya yang kuat di tengah arus globalisasi yang semakin mengikis tradisi lokal.
Masyarakat Derung percaya teh dalam ritual Shuohun bukan hanya simbol cinta, melainkan juga lambang kehangatan, keseimbangan, dan ketenangan dalam kehidupan berumah tangga. Cangkir teh yang rapuh menjadi perumpamaan bagi hubungan manusia, mudah pecah bila tidak dijaga, tetapi dapat memberikan kehangatan bila dirawat dengan kasih dan kesabaran.
Meskipun generasi muda di Derung kini mulai mengenal budaya modern dan teknologi digital, banyak di antara mereka yang masih mempertahankan tradisi ini sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur.
Ritual Shuohun menjadi bukti bahwa nilai-nilai kejujuran, keberanian, dan kesederhanaan masih memiliki tempat di dunia yang semakin modern. Dalam secangkir teh yang disajikan, tersimpan makna, budaya, dan warisan turun temurun.
(sob/adr)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://food.detik.com/info-kuliner/d-8163834/bukan-dengan-cincin-suku-ini-nyatakan-cinta-lewat-secangkir-teh-hangat