Koranriau.co.id-

SEBUAH penelitian dalam jurnal American Heart Association’s mengungkap suhu panas dapat mengubah kadar sel darah dan zat yang berperan penting dalam sistem imun. Menurut tim peneliti yang dipimpin oleh Dr. Daniel W. Riggs, seorang ahli epidemiologi dari Universitas Louisville, cuaca panas berkaitan erat dengan peningkatan peradangan dalam tubuh. Dalam penelitian yang melibatkan 624 orang dari proyek Green Heart Project di Louisville, para peneliti menemukan suhu tinggi dapat meningkatkan kadar beberapa protein tubuh yang disebut cytokine, zat ini berperan dalam mengatur reaksi peradangan.
Salah satu protein tersebut adalah TNF-alpha, yang dikenal sebagai penanda utama peradangan dan berhubungan dengan risiko penyakit jantung. Selain itu, panas juga diketahui meningkatkan jumlah sel darah putih jenis monosit klasik, yang menandakan tubuh sedang mengalami respons imun. Namun, di sisi lain, jumlah monosit nonklasik yang berfungsi menekan peradangan justru menurun.
Lebih lanjut, penelitian ini juga menunjukkan adanya penurunan kadar sel B, yaitu sel darah putih yang bertugas melawan infeksi. Artinya, saat cuaca panas, tubuh bisa menjadi lebih rentan terhadap penyakit karena sistem kekebalan cenderung menurun.
Riggs mengaku terkejut dengan perubahan signifikan ini meski paparan panas hanya terjadi dalam waktu singkat. Ia menduga, tubuh yang berusaha beradaptasi dengan suhu tinggi mungkin menghasilkan lebih banyak heat shock proteins, protein ini muncul saat tubuh terpapar panas ekstrem dan ikut memicu reaksi imun maupun peradangan.
Pakar epidemiologi dari Yale School of Public Health, Judith Lichtman menilai studi ini memberikan pemahaman baru tentang bagaimana suhu memengaruhi tubuh. “Selama ini banyak penelitian fokus pada dampak gelombang panas terhadap angka kematian atau rawat inap. Tapi penelitian ini melihatnya dari sisi mekanisme tubuh, dan itu sangat penting,” ujarnya.
Meski hasilnya menjanjikan, para ahli menekankan penelitian ini masih perlu dikaji lebih dalam lagi. Pasalnya, penelitian dilakukan di satu wilayah dan tidak mempertimbangkan perbedaan tingkat paparan panas antarindividu, misalnya apakah seseorang banyak menghabiskan waktu di luar ruangan atau di tempat berpendingin udara.
Namun, temuan ini tetap menjadi peringatan penting perubahan musim, terutama meningkatnya suhu akibat perubahan iklim, bisa berdampak terhadap daya tahan tubuh manusia. Riggs juga menambahkan, timnya akan melanjutkan penelitian untuk memahami dampak jangka panjang paparan panas ekstrem terhadap sistem kekebalan dan risiko penyakit jantung. Mereka juga akan meneliti apakah penanaman pohon dan penghijauan lingkungan dapat membantu mengurangi efek panas terhadap tubuh.
“Semakin kita memahami bagaimana tubuh bereaksi terhadap suhu ekstrem, semakin besar peluang kita menemukan cara untuk mencegah dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim,” ujar Riggs. (American Heart Association/Z-2)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/humaniora/828408/dampak-panas-ekstrem-ini-cara-perubahan-musim-melemahkan-sistem-imun-tubuh




