Koranriau.co.id-

DEWAN Hubungan Amerika-Islam (Council on American-Islamic Relations/CAIR) pada Jumat (10/10) waktu setempat mengeluarkan kecaman keras terhadap keputusan Komite Nobel yang memberikan Penghargaan Nobel Perdamaian tahun ini kepada pemimpin oposisi Venezuela, Maria Corina Machado.
Kelompok tersebut menilai keputusan tersebut tidak bermoral dan mencoreng kredibilitas lembaga bergengsi itu karena Machado dinilai memiliki rekam jejak mendukung politik rasis dan kelompok ekstrem kanan di Eropa.
Dalam pernyataannya, CAIR menuduh Machado sebagai pendukung vokal Partai Likud di Israel serta pernah tampil di konferensi yang dihadiri tokoh-tokoh sayap kanan Eropa seperti Geert Wilders dan Marine Le Pen.
Menurut CAIR, forum tersebut secara terbuka menyerukan Reconquista baru yang merujuk pada peristiwa pembersihan etnis terhadap Muslim dan Yahudi di Spanyol pada abad ke-15.
“Maria Corina Machado adalah pendukung keras Partai Likud yang rasis. Awal tahun ini ia berpidato dalam konferensi para fasis Eropa, termasuk Geert Wilders dan Marie Le Pen, yang secara terang-terangan menyerukan Reconquista baru mengacu pada pembersihan etnis terhadap Muslim dan Yahudi Spanyol pada 1500-an,” bunyi pernyataan resmi CAIR.
Organisasi pembela hak-hak Muslim terbesar di Amerika Serikat itu menilai penghargaan Nobel seharusnya diberikan kepada sosok yang menunjukkan konsistensi moral dalam memperjuangkan keadilan universal, bukan kepada politikus yang menuntut demokrasi di negaranya tetapi justru mendukung rasisme dan kefasisan di luar negeri.
“Penghargaan ini seharusnya diberikan kepada mereka yang dengan keberanian membela keadilan bagi semua manusia, bukan kepada tokoh politik yang menuntut demokrasi di negerinya sendiri sembari mendukung rasisme, kebencian, dan fasisme di tempat lain,” tegas CAIR.
CAIR juga menyerukan agar Machado secara terbuka menarik dukungannya terhadap Partai Likud dan gerakan fasis anti-Muslim di Eropa.
“Kami menyerukan kepada Maria Corina Machado untuk mencabut dukungannya terhadap Partai Likud dan ideologi fasis anti-Muslim di Eropa,” ujar CAIR sambil meminta Komite Nobel untuk meninjau kembali keputusan terkait penghargaan.
Dalam pernyataannya, CAIR juga menyarankan agar penghargaan tahun ini diberikan kepada pihak yang menunjukkan keberanian moral sejati, seperti mahasiswa, jurnalis, aktivis, dan tenaga medis yang mempertaruhkan karier bahkan nyawa mereka demi menentang kejahatan kemanusiaan terbesar masa kini yaitu genosida di Gaza.
Sebelumnya, Komite Nobel Norwegia resmi mengumumkan Maria Corina Machado sebagai penerima Nobel Perdamaian 2025. Pengumuman ini datang di tengah sorotan publik, setelah mantan Presiden AS Donald Trump secara terbuka menyebut dirinya sebagai sosok yang layak mendapat penghargaan tersebut.
Sebagai perbandingan, Nobel Perdamaian tahun lalu diberikan kepada Nihon Hidankyo, organisasi akar rumput yang beranggotakan para penyintas bom atom di Jepang.
Sejak pertama kali dianugerahkan pada 1901 hingga 2024, Nobel Perdamaian diberikan sebanyak 105 kali kepada 142 penerima, terdiri atas 111 individu dan 31 organisasi. Dari total tersebut, Komite Palang Merah Internasional tercatat tiga kali meraih penghargaan, sementara Badan Pengungsi PBB (UNHCR) dua kali.
(MEE/I-2)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/internasional/819749/dewan-amerika-islam-kecam-nobel-perdamaian-untuk-maria-corina-machado