Koranriau.co.id-
Garut –
Donat Gulapadi yang hits di Garut ini dirintis oleh pria kelahiran Garut. Dalam sehari sebanyak 5.000 donat bisa terjual! Begini kisah perintisnya.
Sebagai orang yang lahir dan besar di Garut, Akbar Azhari merasa iri dan gelisah dengan perkembangan dunia kuliner di Kota Bandung. Hampir setiap waktu di kota tempatnya menimba ilmu bidang Elektro di Politeknik Bandung itu melahirkan menu-menu hits, seperti surabi, seblak, batagor, pisang molen, tahu susu, klappertart, dan lainnya.
Namun selain dodol, Akbar tak lagi melihat ada panganan lain yang lahir di Garut dan menjadi hits di masyarakat. Sebelum pandemi Covid-19 menyerang, ia bersama Rizki F. Rachman yang juga asli Garut dan tengah menimba ilmu Teknik Mesin di kampus yang sama mencoba menjawab kegelisahan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keduanya berkeliling kampung di seputar Garut untuk mencari vendor pembuat kue-kue basah tradisional skala industri rumahan yang mungkin bisa mereka orbitkan. Keduanya tak menemukan sesuatu yang unik dan tahan lama. Akhirnya pilihan jatuh ke donat kampung. Mereka lantas membandingkan kualitas rasa, bahan baku, hingga kemasan beberapa merek donat yang lebih dulu ngetop.
“Saya sampai nyaris keracunan ragi donat karena icip-icip adonan terus,” kata Akbar Azhari saat berbincang dengan detikFood di Warung Kopi Gulapadi di Jalan Bank No 11, Paminggir, Sabtu (6/9/2025) malam.
![]() |
Usaha tersebut resminya mulai dibuka pada Februari 2020 tapi sebulan kemudian dihentikan karena covid. Padahal rumah sudah disewa untuk tiga tahun, belasan pegawai telah direkrut. Kalau berpangku tangan menyerah terhadap covid, kerugian puluhan juta nyata di depan mata, akhirnya September 2021 Akbar dan Rizki nekad melanjutkan usahanya. “Alhamdulillah sekarang malah jadi booming,” kata Akbar.
Ikhwal pemberian merek Gulapadi, itu karena bahan dasar donat maupun aneka panganan dan minuman yang dijual adalah gula dan tepung yang berasal dari padi. “Sesimpel itu sih, kami gak bikin makna makna filosofi yang berat-berat,” imbuh Akbar.
Warung Gulapadi mulai beroperasi pukul 6 pagi dengan menjajakan menu-menu untuk sarapan. Pengunjungnya, kata Akbar, 65 persen adalah keluarga. Beranjak siang hingga pukul 11 malam, menu-menu yang dijual disesuaikan. Mereka memutuskan menyediakan menu-menu Nusantara. Setiap 1-3 bulan disiapkan menu-menu yang menjadi hits dari setiap daerah di tanah air.
“Untuk Makassar kami mengeluarkan Palu Basa, Minang (Bebek Lado Mudo), Aceh (Ayam Tangkap dan Mi Aceh) ternyata semua cocok dengan lidah orang Garut,” ujar Akbar.
![]() |
Namun yang membuat antrean panjang setiap pagi, siang, maupun malam tetap donat kampung aneka toping yang lembut. Menurut pelayan di Warung Kopi Gulapadi setiap hari terjual 1200 – 1400 buah, khusus akhir pekan dan libur panjang bisa melonjak hingga dua kali lipat.
Donat dengan tagline, “Ada keceriaan di setiap gigitan” ini dibanderol Rp 4000 hingga Rp 8000 tergantung topingnya. Dari semula cuma punya 5 topping seperti gula aren, keju, cokelat dan kacang, kini berkembang menjadi lebih dari 20 topping.
Sejak Juli 2025, Gulapadi membuka cabang di Banjar, Singaparna, dan Tasik Kota. “Jadi total kami setiap hari bisa menjual 4000 – 5000 buah donat. Sejak subuh petugas mendistribusikan ke daerah Priangan tersebut,” ujar Akbar.
Jiwa wirausaha Akbar Azhari sudah dibangun sejak masih kuliah. Ia mengaku pernah melakoni usaha apa saja sejauh menghasilkan rupiah, seperti menjajakan roti, kripik, perhiasan untuk perempuan, kalkulator, jasa foto copy buku, hingga makelar kucing ras. Bukan sengaja dimaksudkan sebagai wirausaha sebetulnya, tapi lebih untuk survival sebagai anak rantau.
Setiap pukul 11 malam, Akbar biasa ke toko roti di Braga Permai untuk mengambil roti-roti sisa yang tidak terjual tapi kedaluwarsa masih beberapa hari. Lalu pagi harinya didistribusikan ke asrama mahasiswa dan kantin kampus.
Akbar juga pernah menjual jasa foto kopi buku-buku perkuliahan ke teman-temannya. Maklum, modul mata kuliah teknik biasanya tebal-tebal. Untuk menyiasati harga yang mahal para mahasiswa biasanya ‘membajaknya’ dengan memfoto copy.
“Kalau di lingkungan kampus Rp 100 per lembar, saya cari tukang foto copy di luar kampus yang lebih murah Rp 25 rupiah,” tutur Akbar.
![]() |
Lelaki yang kini berusia 34 tahun itu pun mengaku pernah menjadi makelar kucing ras Persia yang harganya jutaan rupiah. Padahal Akbar mengaku jangankan menjadi penggemar kucing, untuk menyentuh pun ia tak punya nyali. Namun demi cuan yang bisa mencapai Rp 500 ribu per ekor, hal itu harus ia jalani.
“Ada teman yang punya banyak kucing Persia karena dia sengaja breeder (mengembangbiakan), terus saya bantu jualin. Lumayan bisa dapet Rp 500 ribu, buat mahasiswa mah itu cuan gede banget lah,” tutur Akbar.
Setelah Tasik, November mendatang Gulapadi akan hadir di Bandung. Tahun depan, Akbar berencana melakukan ekspansi ke Surabaya dan Malang, Jawa Timur. PT KAI salah satu calon mitra yang sudah menawarkan lokasi di dekat Stasiun Gubeng. Surabaya.
Ia juga sudah menjajaki untuk ekspansi ke Bogor dan Cirebon. “Target kami pada 2030 punya 40 – 50 cabang,” kata Akbar optimistis.
(adr/adr)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://food.detik.com/berita-boga/d-8102757/dulu-jualan-roti-kucing-ras-kini-akbar-azhari-jadi-juragan-donat-di-garut