Koranriau.co.id-

PRODUK-PRODUK hilirisasi berupa aluminium, nikel, dan besi baja dari kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Morowali, Sulawesi Tengah, terus membanjiri pasar global. Produksi pabrik-pabrik yang berada di kawasan tersebut terus meningkat setiap tahun seiring dengan meningkatnya permintaan global.
Dalam kunjungan ke kawasan tersebut pada 20-23 Juli lalu, bertajuk Melihat dari Dekat Jantung Hilirisasi Industri Nikel Nasional, Media Indonesia menyaksikan ribuan ton produk hilirisasi yang siap diekspor ke berbagai negara. Begitu juga dengan proses produksi yang terus berlangsung.
Produk-roduk hilirisasi dari IMIP tersebut mencakup baja tahan karat seperti stainless steel dan ferrochrome, aluminium, baja karbon, serta bahan baku baterai kendaraan listrik.
Salah satu pabrik hilirisasi di IMIP adalah PT PT Hua Chin Aluminum Indonesia (HCAI). Perusahaan patungan dua perusahaan Tiongkok, Huafon Group Co., Ltd., dan Tsingshan Holding Group Co., Ltd. itu mampu memproduksi 3,7 juta ton aluminium per tahun. Jika dirupiahkan dengan asumsi harga aluminium Rp30 juta per ton, jumlahnya mencapai Rp3,33 triliun per tahun.
Wakil Manajer Umum Eksekutif PT HCAI Xiang Jin Yao mengatakan sebagian besar produksi dari pabrik HCAI adalah untuk ekspor.
“Kami mengekspor ke Eropa dan Asia. Untuk pasar Indonesia sendiri, masih sedikit jumlahnya. Kami juga terus meningkatkan produksi,” ujarnya.
Jin Yao mengatakan, jumlah karyawan yang dipekerjakan di HCAI mencapai 1.446 pekerja yang sebagian besar adalah warga Sulawesi Tengah.
Pabrik hilirisasi lainnya di kawasan IMIP adalah PT CNGR Dung Xing New Energi. Pabrik itu adalah perusahaan patungan antara CNGR Advanced Material Co., Ltd., dan Rigqueza International PTE., Ltd.
General Affair Manager PT CNGR Yusnita mengatakan CNGR merupakan produsen nikel pertama di Asia Tenggara yang memproduksi nikel dengan kadar hingga 80%. Produk nikel itu terutama digunakan untuk bahan baku interior pesawat dan kereta cepat.
Selain itu, CNGR juga memproduksi nikel katoda dengan kapasitas produksi 60 ribu ton per tahun. Dia menambahkan, sebagian besar produksinya adalah untuk ekspor.
Direktur Komunikasi PT IMIP Emilia Bassar mengatakan, kawasan IMIP menempati lahan 2.000 hektare dan akan diperluas menjadi 5.000 hektare. Saat ini ada 50 tenant yang menempati kawasan IMIP, baik yang sudah tahapan produksi, kontruksi, dan perencanaan.
“Tenant tersebut antara lain berasal dari Tiongkok, Jepang, Korea, Australia, dan Indonesia,” ujarnya.
Beberapa tenant utama dalam Kawasan IMIP adalah Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), Dexin Steel Indonesia (DSI), QMB New
Energy Materials, Huayue Nickel Cobalt Indonesia (HYNC), CNGR Ding Xing New Energy (CDNE), dan Merdeka Tsinghan Indonesia (MTI).
Berdasarkan data PT IMIP, nilai investasi di kawasan industri tersebut dari 2015 hingga 2024 sudah mencapai US$34,3 miliar. Sementara itu, devisa yang diperoleh negara dari ekspor mencapai US$15,44 miliar pada 2024. Sementara itu, tenaga kerja yang dipekerjakan di kawasan itu mencapai 90 ribu orang. (Hde/E-1)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/ekonomi/795467/ekspor-produk-hilirisasi-di-imip-terus-meningkat