Koranriau.co.id-

ASAP putih mengepul dari cerobong Kapel Sistina pada hari Kamis, menandakan bahwa para kardinal yang terkunci di dalam telah memilih pemimpin baru bagi 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia.
Ribuan peziarah dan pengunjung yang penasaran di Lapangan Santo Petrus bersorak dan bertepuk tangan saat asap muncul dan lonceng mulai berdentang, menandakan bahwa institusi yang telah berdiri selama 2.000 tahun itu kini memiliki Paus ke-267.
Semua mata kini tertuju ke balkon Basilika Santo Petrus, untuk melihat siapa yang terpilih menggantikan Paus Fransiskus, reformis asal Argentina yang wafat bulan lalu setelah memimpin Gereja Katolik selama 12 tahun.
Paus baru akan diperkenalkan dalam bahasa Latin beserta nama kepausan pilihannya, dan menyampaikan pidato perdananya kepada dunia.
Ia menghadapi tugas besar: selain menyuarakan pandangan moralnya di tengah panggung dunia yang dilanda konflik, ia juga harus menangani berbagai masalah mendesak dalam Gereja, mulai dari dampak berkelanjutan skandal pelecehan seksual hingga kesulitan neraca keuangan Vatikan.
Sebanyak 133 “Pangeran Gereja” dari lima benua konklaf terbesar dalam sejarah mulai memberikan suara pada Rabu sore.
Terikat sumpah kerahasiaan dengan ancaman ekskomunikasi, satu-satunya cara mereka mengabarkan kemajuan pemilihan kepada dunia luar adalah melalui asap dari cerobong Kapel Sistina.
Pada Rabu malam dan Kamis siang, asap yang keluar berwarna hitam, membuat puluhan ribu orang yang menyaksikan menghela napas kecewa.
Namun pada Kamis sore sekitar pukul 18.00 waktu setempat (16.00 GMT), asap putih mengepul, menegaskan bahwa Gereja Katolik kini memiliki pemimpin spiritual yang baru.
Sesuai tradisi, paus baru akan memasuki “Ruangan Air Mata” tempat di mana para paus terpilih mencurahkan emosinya untuk mengenakan jubah kepausan untuk pertama kalinya, sebelum kembali ke Kapel Sistina agar para kardinal memberikan sumpah setia mereka.
Ia kemudian akan muncul di balkon bersama seorang kardinal senior, yang akan mengumumkan kepada kerumunan yang menunggu dengan kalimat “Habemus Papam” (“Kita memiliki seorang paus”).
Sang paus kemudian akan menyampaikan pidato singkat dan memberikan berkat pertamanya “Urbi et Orbi” (“Untuk Kota dan Dunia”).
Pastor atau diplomat
Pemilihan ini terjadi di tengah ketidakpastian geopolitik yang besar, yang dianggap sebagai isu penting dalam pemungutan suara, bersama dengan perpecahan internal dalam Gereja.
Fransiskus dikenal sebagai reformis penuh kasih yang memprioritaskan isu migran dan lingkungan, namun ia juga membuat marah para tradisionalis yang menginginkan pembela doktrin alih-alih pencari perhatian media.
Sekitar 80 persen kardinal pemilih diangkat oleh Fransiskus. Mereka berasal dari 70 negara di seluruh dunia, menjadikannya konklaf paling internasional sepanjang sejarah.
Namun hal itu tidak menjamin bahwa mereka akan memilih seseorang yang sejalan dengan pandangan Fransiskus.
Pertanyaannya adalah apakah akan memilih seorang pastor atau diplomat, sosok liberal atau konservatif, yang ahli dalam Kuria badan pemerintahan Gereja atau tokoh luar dari wilayah di mana iman Katolik berkembang pesat.
Sebelum para kardinal dikunci di dalam Kapel Sistina pada Rabu, dekan mereka, Giovanni Battista Re, menyerukan agar mereka memilih seseorang yang mampu menjaga kesatuan Gereja.
Paus berikutnya juga harus mampu memimpin “di titik balik sejarah yang sulit dan kompleks ini”, di tengah konflik yang berkecamuk di berbagai belahan dunia dan meningkatnya partai ultra-nasionalis.
Gereja juga mengalami kesulitan beradaptasi dengan dunia modern, dengan semakin berkurangnya jumlah imam dan bangku gereja yang kian kosong di negara-negara Barat.
Pelantikan paus biasanya dilakukan kurang dari seminggu setelah pemilihan, dengan misa yang dihadiri para pemimpin politik dan agama dari seluruh dunia.
Paus baru kemungkinan akan melakukan tur keliling Lapangan Santo Petrus dengan mobil kepausan untuk pertama kalinya, sebelum menyampaikan homili yang menggambarkan prioritasnya. ide/ar/db (AFP)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/internasional/769470/habemus-papam-paus-ke-267-resmi-terpilih