Nasional

Hidrogen Hijau bagi Dekarbonisasi Feri Penyeberangan Antarpulau

Koranriau.co.id-

Hidrogen Hijau bagi Dekarbonisasi Feri Penyeberangan Antarpulau
Foto udara sejumlah feri milik ASDP bersandar di Pelabuhan Penyeberangan Bastiong Ternate, Maluku Utara, Selasa (9/9/2025).(Antara/Andri Saputra)

KONDISI geografis Indonesia sebagai negara kepulauan sangat bergantung pada feri antarpulau. Namun sebagian besar kapal tersebut masih beroperasi menggunakan jaringan listrik berbasis diesel terpisah yang memiliki kapasitas terbatas untuk mengintegrasikan energi terbarukan. Hal ini menjadikan upaya dekarbonisasi sektor kelistrikan dan maritim menjadi tantangan, meskipun terdapat manfaat yang jelas dari pengurangan penggunaan diesel, seperti stabilitas biaya, ketahanan energi, dan peningkatan kualitas udara. 

“Dalam konteks ini, propulsi berbasis hidrogen menawarkan solusi yang menjanjikan dan efisien secara energi untuk rute kapal penyeberangan jarak pendek hingga menengah sekaligus mendukung transisi menuju sistem kelistrikan kepulauan yang lebih bersih,” ujar Mathieu Géze, Director for Asia-Pacific di HDF Energy sekaligus Presiden Direktur PT HDF Energy Indonesia, dalam keterangan resmi, Sabtu (11/10). Karenanya, HDF Energy (Hydrogène de France), Neuman & Esser South East Asia Ltd. (NEA SEA), dan the Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH melalui International Hydrogen Ramp-Up Programme (H2Uppp) menjalin kerja sama untuk mengevaluasi infrastruktur hidrogen hijau dalam rangka dekarbonisasi transportasi feri penyeberangan antarpulau di Indonesia. 

Kemitraan itu mencerminkan dukungan dari Kementerian Federal Jerman untuk Urusan Ekonomi dan Energi terhadap keterlibatan dunia usaha dalam pengembangan dan perluasan penggunaan hidrogen di negara-negara Global Selatan. Perjanjian yang ditandatangani pada 10 Oktober dalam acara Indonesia Sustainability Forum 2025 di Jakarta tersebut menjadi landasan bagi pelaksanaan studi bersama mengenai retrofit feri penyeberangan antarpulau dengan teknologi propulsi hidrogen sebagai bagian dari program GreenVoyage2050 milik IMO. 

“Berdasarkan kerangka kerja tersebut, perjanjian kerja sama baru yang dibentuk di bawah skema kemitraan publik-swasta (public-private partnership) dalam program H2Uppp milik GIZ ini berfokus pada pengembangan rantai nilai infrastruktur hidrogen yang saling melengkapi, mencakup produksi, penyimpanan, transportasi, dan pengisian bahan bakar (bunkering),” papar Lisa Tinschert, Director of Energy Programme, GIZ Indonesia/ASEAN. Studi ini juga akan menilai cara infrastruktur tersebut dapat diintegrasikan dengan jaringan listrik kepulauan dan sistem energi Pelabuhan yang dibutuhkan untuk menyediakan pasokan energi bagi feri, seperti rute Kupang-Rote di wilayah Indonesia timur yang dioperasikan oleh ASDP. 

Di bawah struktur paralel dari dua program yang dipimpin oleh HDF Energy, fokus kerja sama dibagi dua. Kerja sama IMO, HDF, Kemenhub, ASDP berfokus pada retrofit dan konversi kapal serta aspek keselamatan dan kesiapan operasional. Kerja sama GIZ, HDF, NEA SEA menitikberatkan pada infrastruktur hidrogen dan studi kelayakan teknis-ekonomi dengan memanfaatkan keahlian Jerman melalui NEA SEA. 

Kedua program tersebut secara bersama-sama mendukung satu tujuan yang sama, yaitu mendemonstrasikan kelayakan teknis dan ekonomi kapal feri bertenaga hidrogen serta membangun model yang dapat direplikasi untuk konteks pulau-pulau kecil di seluruh kepulauan Indonesia, sekaligus menarik minat investasi di sektor ini. HDF Energy saat ini tengah mengembangkan 23 pembangkit listrik hidrogen Renewstable di wilayah Indonesia timur dengan potensi investasi sebesar US$2,3 miliar. 

Fasilitas-fasilitas itu menggabungkan pembangkit listrik tenaga surya dengan penyimpanan energi di lokasi dalam bentuk hidrogen hijau, untuk menyediakan listrik bersih 100% yang stabil, dan tidak terputus (non-intermittent) ke jaringan listrik, baik siang maupun malam hari. Dengan menghasilkan kelebihan hidrogen hijau pada biaya marginal yang kompetitif, pembangkit Renewstable juga membuka jalan bagi penyediaan hidrogen hijau untuk mendukung dekarbonisasi transportasi maritim. 

Hidrogen yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengoperasikan sel bahan bakar berdaya tinggi (high-power fuel cells) yang dikembangkan dan diproduksi oleh HDF Energy, menawarkan solusi modular dan andal yang dirancang khusus untuk konversi armada kapal maritim. Melalui proyek ini, HDF Energy menerapkan pendekatan terintegrasi yang unik: memproduksi hidrogen hijau kompetitif secara lokal sekaligus menyediakan solusi propulsi kapal tanpa emisi yang berbasis pada teknologi sel bahan bakarnya (fuel cellsl). (Ant/I-2)

Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/ekonomi/819853/hidrogen-hijau-bagi-dekarbonisasi-feri-penyeberangan-antarpulau

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *