Koranriau.co.id-

Nama Kardinal Robert Francis Prevost mulai mencuat sebagai salah satu kandidat kuat dalam Konklaf 2025, penerus potensial Paus Fransiskus. Ia dikenal memiliki pandangan reformis dan komitmen kuat terhadap visi pastoral Paus saat ini. Pertanyaannya: mungkinkah sejarah mencatat Paus pertama yang berasal dari Amerika Serikat?
Profil dan Latar Belakang Kardinal Prevost
Lahir di Chicago, 14 September 1955, Prevost bergabung dengan Ordo Santo Augustinus (OSA) pada 1977 dan mengikrarkan kaul kekal pada 1981. Ia meraih:
Disertasinya membahas peran prior lokal dalam struktur ordo Augustinian.
Ditahbiskan sebagai imam pada 1982, Prevost menjalani misi pastoral di Peru selama lebih dari dua dekade. Ia pernah menjabat sebagai:
Tahun 1999, ia kembali ke AS dan menjabat prior provinsial Ordo Augustinian di Chicago, lalu menjabat prior jenderal ordo tersebut selama dua periode (2001–2013).
Peran di Hirarki Gereja Katolik
Pada 2014, Paus Fransiskus menunjuknya sebagai administrator apostolik Keuskupan Chiclayo dan kemudian menahbiskannya sebagai uskup pada 2015. Ia menjabat sebagai wakil ketua Konferensi Waligereja Peru, memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas lembaga Gereja di tengah krisis politik nasional.
Pada Januari 2023, Prevost diangkat sebagai Prefek Dikastri untuk Para Uskup, lembaga penting yang mengelola seleksi uskup global. Pada 30 September 2023, ia ditunjuk sebagai kardinal.
Kedekatan dengan Amerika Latin dan Dukungan Reformasi
Pengalaman panjangnya di Peru membuat Prevost dianggap sebagai figur “transnasional”, bukan hanya mewakili AS. Ia sempat memimpin Komisi Kepausan untuk Amerika Latin, dan mendukung reformasi Paus Fransiskus, termasuk kebijakan mengenai komuni bagi umat yang bercerai dan menikah kembali secara sipil.
Soal isu LGBTQ, ia bersikap hati-hati namun mendukung dokumen Fiducia Supplicans secara moderat. Ia pernah berkata, “Seorang uskup tidak seharusnya menjadi pangeran kecil yang duduk di kerajaannya,”—menegaskan semangat pelayanan yang membumi.
Kontroversi dan Isu Penanganan Pelecehan
Namun, namanya juga diwarnai oleh dua kontroversi terkait kasus pelecehan seksual:
-
Kasus Chicago (2012): Seorang imam non-Augustinian tinggal di biara dekat sekolah dasar dan tetap aktif secara imamat hingga akhirnya dikeluarkan. Prevost disebut tidak bertanggung jawab langsung dan kasus ini terjadi sebelum diberlakukannya Piagam Dallas.
-
Kasus Chiclayo (2022): Dua imam dituduh mencabuli tiga remaja perempuan. Meski sempat dituduh menutup-nutupi, Prevost disebut telah:
-
Menerima laporan korban
-
Melakukan penyelidikan kanonik
-
Mendorong pelaporan ke otoritas sipil
-
Mengirim hasil penyelidikan ke Dikastri Ajaran Iman (DDF)
-
Pada Mei 2025, tuduhan baru muncul: keuskupan disebut membayar $150.000 untuk membungkam korban. Laporan ini menyita perhatian publik setelah disiarkan dalam tayangan nasional Peru, dijuluki sebagai “batu di sepatu Prevost.”
Peluang di Konklaf 2025
Meski masih tergolong “baru” sebagai kardinal, usia 69 tahun dan rekam jejak internasionalnya menjadikan Prevost sebagai kandidat kompromi jika terjadi kebuntuan dalam voting konklaf. Ia kini duduk di tujuh dikastri Vatikan serta Komisi Pemerintahan Negara Kota Vatikan, tanda kepercayaan tinggi dari Tahta Suci. (BBC/Z-10)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/internasional/768707/kardinal-robert-francis-prevost-misionaris-peru-asal-as-yang-jadi-kandidat-paus-2025