Nasional

Ketika Arsenal Kehilangan Gabriel

Koranriau.co.id-

Ketika Arsenal Kehilangan Gabriel
Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola(MI/Seno)

​SEBANYAK 42 negara memastikan tampil pada putaran final Piala Dunia 2026. Enam tempat tersisa akan ditentukan melalui play-off, empat dari Eropa dan dua diperebutkan oleh enam negara wakil dari Asia, Afrika, Amerika Latin, Amerika Tengah, dan Pasifik.

Meski sudah bertambah 50% dari 32 menjadi 48 negara, persaingan menuju putaran final berlangsung ketat. Empat kali juara dunia Italia dan juara Eropa 1992 Denmark gagal lolos langsung ke putaran final.

Kedua negara itu harus melewati pertandingan play-off. Paling tidak ada dua pertandingan tambahan yang harus mereka mainkan sebelum bisa lolos dari lubang jarum.

Pada pertandingan play-off pertama, Italia harus berhadapan dengan Irlandia Utara. Kalau menang, mereka akan menjalani pertandingan penentuan menghadapi pemenang antara Wales melawan Bosnia Herzegovina. Sementara itu, Denmark pada pertandingan pertama harus bisa menyingkirkan Masedonia. Jika menang, mereka harus bertemu pemenang antara Republik Ceko dan Republik Irlandia.

Hal sama juga harus dilalui oleh enam negara dari wilayah di luar Eropa. Mereka harus memainkan pertandingan play-off di tempat netral dan FIFA sudah menetapkan negara netral itu ialah salah satu dari tiga tuan rumah Piala Dunia 2026, yaitu Meksiko.

Setidaknya, hingga Maret kepastian itu baru bisa didapatkan oleh 22 negara yang masih memiliki kesempatan tampil pada Piala Dunia 2026 mendatang. Setiap negara harus mempersiapkan diri sebaik mungkin karena hanya dua kesempatan yang mereka miliki dan mereka harus menang.

Utamanya Italia yang pernah menjadi kiblat sepak bola dunia, mereka tidak boleh gagal. Pada dua Piala Dunia terakhir, Italia gagal masuk putaran final.

Tidak terbayang para tifosi tim Azzurri akan marah jika negara mereka gagal lagi tampil di Piala Dunia. Sepak bola Italia akan berada di titik nadir karena klub-klub besar negara itu sekarang sudah tidak disegani di Eropa.

 

BAHAYA UJI COBA

Sebanyak 42 negara yang sudah memastikan tiket ke putaran final memanfaatkan enam bulan yang tersisa untuk mematangkan tim. Berbagai uji coba dilakukan untuk menemukan pemain terbaik sekaligus tim terbaik yang akan diandalkan pada putaran final nanti.

Juara dunia lima kali Brasil melakukan tur ke Asia dan Afrika untuk mematangkan tim. Pelatih Carlo Ancelotti melihat banyak kelemahan yang ada pada timnya dan membutuhkan pemecahan yang cepat.

Kekalahan 2-3 dari Jepang merupakan pelajaran yang sangat berharga. Demikian pula ketika ditahan imbang 1-1 oleh Tunisia pada Rabu lalu menunjukkan bahwa ‘tim Samba’ masih jauh dari sempurna.

Kehadiran Ancelotti sangat diharapkan bisa mengembalikan kejayaan Brasil. Sudah lebih dua dekade ‘tim Samba’ hanya menjadi pelengkap dan tidak lagi dilihat sebagai favorit.

Brasil sedang kehabisan bintang besar. Bahkan, Neymar Jr yang sempat diharapkan membawa negaranya ke puncak kejayaan gagal melakukannya. Setelah era Neymar berakhir, praktis Brasil hanya mengandalkan pemain yang berkualitas rata-rata.

Dengan materi seperti itu, akan sulit bagi Brasil untuk bisa bersaing dengan negara-negara Eropa. Sementara itu, Prancis memiliki Killyan Mbappe yang berada pada usia matang. Spanyol muncul dengan bintang muda seperti Lamine Yamal dan Nico Williams.

Rangkaian uji coba yang dilakukan Brasil ternyata memakan korban. Center-back Gabriel Magalhaes harus istirahat minimal satu bulan karena cedera pangkal paha saat menghadapi Senegal pada pekan lalu.

Cedera Gabriel menjadi pukulan juga bagi klubnya, Arsenal, karena mereka akan menjamu musuh bebuyutan Tottenham Hotspur, Minggu malam. Gabriel selama ini merupakan pemain yang tampil paling konsisten dan menjadi andalan pertahanan the Gunners.

 

CARI PENGGANTI 

Pelatih Mikel Arteta dibuat pusing dengan cedera yang dialami oleh Gabriel. Apalagi waktu pemulihannya cukup lama dan baru awal tahun depan diperkirakan bisa turun kembali.

Padahal, pelatih asal Spanyol itu berharap Arsenal kali ini tidak gagal lagi mengangkat piala. Walaupun unggul empat poin dari Manchester City, posisi Arsenal masih jauh dari aman. Desember selalu menjadi bulan paling menentukan karena jadwal yang sangat padat di tengah perayaan Natal dan Tahun Baru.

Arteta masih dipusingkan juga oleh belum pulihnya bek kiri Riccardo Calafiori serta kapten kesebelasan Martin Oedegard dan Noni Madueke. Pilihan untuk mengisi kekosongan di barisan tinggal berharap kepada Cristhian Mosquera dan Piero Hinpacie.

Beruntung Spurs juga menghadapi masalah yang sama. Pelatih Thomas Frank sudah beberapa pekan dipusingkan dengan cedera 10 pemain utama. Sekarang ia bertumpu kepada pemain yang ada.

Dua pekan lalu, dengan materi yang seperti itu, Frank nyaris menghajar Manchester United. Sayan,g kemenangan yang sudah di depan mata dibuyarkan oleh sundulan kepala Matthijs de Ligt sehingga harus puas dengan hasil Imbang 2-2.

Trio Brennan Johnson, Xavi Simmons, dan William Odobert bisa menjadi ancaman bagi pertahanan Arsenal. Frank pintar untuk hanya menempatkan Richardlison sebagai ujung tombak dan tiga gelandang serangnya bermain lebih ke belakang guna memperkuat lapangan tengah.

Tugas dari para pemain Arsenal untuk mengendalikan permainan dengan terus menekan pertahanan Spurs. Itu merupakan langkah terbaik untuk menutupi kelemahan di barisan belakang.

Gelandang serang asal Crystal Palace Eberechi Eze menjadi motor serangan the Gunners. Eze tidak hanya memiliki visi permainan yang luas, tetapi juga memiliki kecepatan dan ketajaman untuk menjebol gawang lawan.

Kehadiran Eze memberikan keuntungan bagi Bukayo Saka karena sekarang ia bukan hanya satu-satunya pemain yang harus diawasi pemain lawan. Saka yakin dirinya mempunyai kesempatan besar untuk mencetak gol ke gawang Spurs besok malam.

 

 

Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/sepak-bola/832789/ketika-arsenal-kehilangan-gabriel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *