Koranriau.co.id-

ISU gizi buruk pada anak-anak, terutama stunting, tetap menjadi hal yang sangat diperhatikan di Indonesia. Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka stunting mencapai 21,6%, kekurangan gizi 17,8%, dan berat badan kurang pada 17,1%, yang menunjukkan bahwa permasalahan ini perlu ditangani secara serius.
Menanggapi permasalahan ini, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan terus menjalankan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) serta memberikan informasi mengenai Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang sesuai.
PMT sebagai Elemen Penting dari MPASI yang Tepat
Sering kali, masyarakat mungkin berpikir bahwa PMT dan MPASI adalah dua program yang berbeda. Namun, menurut Project Lead for PN Prima Nidya Eka Putri, PMT sesungguhnya merupakan bagian penting dari MPASI.
“PMT diperkenalkan sebagai salah satu metode untuk mendidik orangtua, khususnya di Posyandu, tentang cara membuat makanan yang menarik dan unik agar anak mau makan,” ungkap Nidya di Sarinah, Jakarta Pusat, Minggu (27/7).
Nidya menekankan bahwa MPASI adalah hal yang wajib diberikan setelah ASI eksklusif (setelah 6 bulan), dengan variasi tekstur yang diperuntukkan bagi usia anak, mulai dari yang lembut hingga kasar, sehingga anak dapat mengonsumsi makanan keluarga.
“PMT yang diberikan di Posyandu biasanya ditujukan untuk anak yang telah mampu mengunyah, sehingga ini melengkapi tahapan MPASI,” tambahnya.
Mengangkat Potensi Bahan Makanan Lokal untuk Nutrisi Optimal
Salah satu inovasi yang penting adalah penekanan pemanfaatan bahan makanan lokal dalam pembuatan PMT.
“Kami sedang gencar menyampaikan bahwa PMT tidak perlu mahal. Bahan-bahan lokal di sekitar kita dapat dimanfaatkan untuk membuat makanan yang bergizi,” jelas Nidya.
Terkait dengan jaminan kualitas bahan lokal, Nidya menyadari bahwa ini merupakan tantangan yang memerlukan kolaborasi antarsektor. Namun, peran kader Posyandu, yang mayoritas adalah ibu-ibu, sangatlah penting.
“Mereka sering kali lebih paham mana bahan yang baik dan disukai anak di daerah mereka. Mereka juga merupakan yang memperkenalkan langsung kepada masyarakat,” tambahnya.
Beberapa contoh bahan lokal yang sering diolah menjadi PMT antara lain ikan, telur, ayam, sayuran lokal, belut, labu, dan kentang.
“Kami menghadirkan makanan yang mudah diakses dan dikenal oleh masyarakat,” imbuh Nidya.
Untuk daerah dengan akses terbatas, program ini juga berusaha bekerja sama dengan pemerintah desa atau daerah guna memberdayakan ketersediaan sumber makanan.
Komitmen untuk Generasi Emas Bebas Stunting
Kerja sama antara pemerintah, program seperti Cisdi, dan keterlibatan aktif masyarakat, terutama kader Posyandu, menjadi kunci dalam mengurangi angka stunting dan gizi buruk di Indonesia.
Dengan fokus pada PMT yang berbasis lokal, terjangkau, bergizi seimbang, dan menarik bagi anak, diharapkan setiap balita dan ibu hamil akan mendapatkan asupan nutrisi yang memadai demi menciptakan generasi emas Indonesia yang lebih sehat dan cerdas. (Z-1)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/humaniora/795545/melawan-stunting-dengan-pmt-kunci-nutrisi-anak-indonesia