Koranriau.co.id-

BAGI Manchester United dan Tottenham Hotspur, final Liga Europa 2025 ibarat fatamorgana. Itulah kesempatan terakhir bagi dua klub yang tenggelam di papan bawah Liga Primer itu untuk mengangkat piala dan menembus Liga Champions musim mendatang.
Sulit dijelaskan bagaimana prestasi dua klub elite Inggris itu bisa terpuruk pada musim ini. Baik pelatih Ruben Amorim maupun pelatih Ange Postecoglu sudah melakukan berbagai macam cara untuk mengangkat prestasi tim asuhan mereka.
Namun, hanya sesekali prestasi mereka membaik, setelah itu terpuruk kembali. Bahkan, tidak hanya sekali mereka terpuruk, baik ‘Setan Merah’ maupun the Lilywhites dalam lima pertandingan terakhir Liga Primer sama-sama menelan empat kekalahan tanpa mampu meraih kemenangan.
Anehnya, di Liga Europa, prestasi keduanya justru gemilang. Manchester United, dari 14 kali pertandingan yang mereka mainkan, tidak pernah sekali pun menelan kekalahan. Mereka membukukan sembilan kemenangan dan lima hasil imbang.
Spurs juga membukukan sembilan kemenangan dari 14 pertandingan yang dimainkan hingga semifinal. Sisanya tiga kali bermain imbang dan dua kali menelan kekalahan.
“Musim kali ini sungguh sulit bagi semua orang di dalam klub. Kami mencoba mengubah cara bermain, tapi hasilnya tetap mengecewakan. Anehnya, ketika bermain di Liga Europa, semuanya bisa begitu berbeda dan semua pemain selalu turun ke lapangan dengan penuh kegembiraan,” ujar Amorim saat mengomentari penampilan ‘Setan Merah’.
“Anda bisa lihat prestasi yang ditorehkan Spurs dalam 15 atau 20 tahun terakhir. Sekarang ini kami memberikan sebuah harapan yang nyata dan sesuatu yang selalu dimimpikan bahwa kami akan memberikan sesuatu yang istimewa pada musim ini,” sesumbar Postecoglou yang berjanji mengakhiri paceklik juara Spurs di Eropa setelah lebih 40 tahun.
PENGALAMAN PAHIT
Sangat wajar bila ‘Setan Merah’ dan Spurs berharap menjadi pemenang pada laga final di Stadion Mames, Bilbao, Rabu mendatang. Dengan posisi yang hanya satu tingkat di atas tiga klub degradasi, sebuah mimpi buruk jika tidak bisa menang pada pertandingan puncak Liga Europa.
Entah Manchester United entah Spurs akan menjadi paria di sepak bola Eropa. Mereka hanya berhak tampil dalam kompetisi lokal pada musim mendatang.
Di tengah harapan yang begitu tinggi, keduanya juga dihadapkan kepada kekhawatiran. Masalahnya mereka sama-sama pernah merasakan pengalaman pahit justru di pertandingan puncak.
Spurs pernah berjaya ketika berhasil lolos hingga final Liga Champions 2019. Namun, pada masa kejayaan Harry Kane ketika itu, Spurs harus mengubur mimpi merebut Piala Champions setelah dikalahkan Liverpool 0-2.
Hal yang sama dialami ‘Setan Merah’ dua tahun kemudian. Ketika itu Bruno Fernandes dan kawan-kawan melaju hingga final Liga Europa. Namun, mereka hanya mampu bermain imbang 1-1 melawan Villarreal hingga 120 menit pertandingan.
‘Setan Merah’ harus pulang dengan tangan hampa karena kalah dalam drama adu tendangan penaltI 10-11. Kegagalan kiper David de Gea sebagai algojo terakhir membuyarkan mimpi Manchester United untuk menjadi yang terbaik di Liga Europa.
Takdir itu harus dihadapi lagi oleh ‘Setan Merah’ dan Spurs, Rabu mendatang. Apakah takdir buruk 2019 yang kembali harus diterima Spurs atau takdir buruk 2021 yang harus dirasakan ‘Setan Merah’?
LEBIH BAIK
Dengan modal dua kemenangan di Liga Primer dan satu kemenangan di Piala Carabao, Spurs pantas optimistis menghadapi Manchester United. Tiga kemenangan pada musim ini menandakan mereka lebih baik daripada ‘Setan Merah’.
Namun, Amorim yakin bahwa ajang Liga Primer berbeda dengan Liga Europa. Liga Europa kali ini merupakan keberuntungan bagi Manchester United. Perasaan gembira dan determinasi berbeda yang ditunjukkan anak asuhannya ketika bermain membuat prestasi ‘Setan Merah’ berbeda 180 derajat jika dibandingkan dengan ketika tampil di Liga Primer.
Casemiro diharapkan kembali menjadi pembawa keberuntungan bagi ‘Setan Merah’. Sejak perempat final menghadapi Lyon, gelandang kawakan asal Brasil itu selalu tampil sebagai pengubah hasil. Yang paling fenomenal di pertandingan kedua ketika umpan matang di detik terakhir perpanjangan waktu membuat Manchester United mampu menyamakan kedudukan 4-4 dan semenit kemudian mereka berbalik menang 5-4.
Stadion Mames yang menjadi tempat pertandingan final diharapkan membawa juga keberuntungan bagi ‘Setan Merah’. Sebelumnya, di babak semifinal, di kandang Athletic di Bilbao itu, Manchester United mampu mengalahkan tuan rumah 3-0. Dengan kemenangan itu, mereka lebih mudah meraih tiket ke final.
Keberuntungan ketiga ialah kembali pulihnya kartu as ‘Setan Merah’ Amad Diallo yang akan memperkuat daya dobrak barisan depan. Dengan ditambah kembalinya Mason Mount dan Kobbie Mainoo ke performa terbaik mereka, Amorim punya banyak pilihan untuk menurunkan tim sebelas pekan depan.
MENTAL BLOCK
Tugas Amorim tinggal bagaimana membuat suasana riang di dalam tim dapat dipertahankan dan meneguhkan determinasi seluruh pemain untuk meraih kemenangan seperti ketika menghadapi Lyon. Kebersamaan yang mereka tampilkan di Liga Europa dalam 14 pertandingan terakhir menjadi kunci meraih keberhasilan.
Tinggal persoalan mental block yang harus dipecahkan setiap pemain ‘Setan Merah’. Tiga kekalahan yang dialami dari Spurs tidak boleh menghantui diri karena akan menurunkan kepercayaan diri.
Kuncinya, jangan sampai Manchester United kebobolan lebih dulu. Kalau Spurs bisa mencuri gol pada awal pertandingan, kendali permainan akan dipegang the Lilywhites dan itu akan membuat Fernandes dan kawan-kawan kesulitan untuk mengembangkan permainan.
Ujung tombak Dominic Solanke akan bisa membawa mimpi buruk bagi tim asuhan Amorim. Pemain Inggris berdarah Nigeria itu merupakan oportunis sejati dan mampu membuat peluang sekecil apa pun menjadi gol kemenangan.
Solanke mampu menutupi absennya kapten kesebelasan Son Heung-min yang masih dililit cedera. Apalagi Spurs memiliki pemain asal Brasil yang licin, Richarlison, dan penyerang sayap muda Brennan Johnson.
Satu yang membuat Postecoglou sedikit pusing ialah cederanya gelandang serang Dejan Kulusevski dan playmaker James Maddison. Pilihan terbaik untuk mengisinya ada pada Pape Matar Sarr dan Yves Bissouma.
Spurs pantas untuk semakin percaya diri karena kapten kesebelasan Cristian Romero sudah pulih dari cedera. Palang pintu asal Argentina itu akan menjadi penghalang kuat untuk menghalau serangan para pemain ‘Setan Merah’ dan menjaga keunggulan apabila Solanke bisa menjebol gawang Andre Onana.
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/sepak-bola/772872/menghindari-takdir-buruk-2019-atau-2021