Koranriau.co.id-
Jakarta –
Pasangan lansia ini membagikan cerita di balik kondisi bisnis kulinernya. Mereka mengaku tetap menjual muffin premium dengan harga terjangkau meski tidak dapat untung lebih.
Biaya operasional dan bahan baku Makanan selama beberapa tahun terakhir meningkat. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku usaha kuliner.
Dalam kondisi seperti ini banyak pemilik usaha kuliner tidak ragu menaikkan harga menu mereka. Porsi yang disajikan pun dikurangi supaya mereka tetap mendapat untung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, tidak sedikt juga yang masih mempertahankan harga lama karena alasan tertentu. Bahkan, ada juga yang tidak begitu peduli dengan keuntungan atau apakah balik modal, terpenting bisa memuaskan pelanggan. Seperti yang dilakukan oleh penjual muffin lansia ini.
Pasangan suami-istri, Christopher Lau dan Christina Tan merupakan pemilik usaha Bakes n Bites di Old Airport Road Food Centre, Singapura, lapor cnalifestyle.channelnews.com (09/05),
Bakery bergaya kaki lima ini terdiri dari dua kios kecil. Mereka menawarkan suguhan berkualitas premium dengan harga terjangkau.
Berbeda dari bakery pada umumnya yang menyusun kue mereka di etalase kaca, Bakes n Bites menyusun kue mereka di kulkas biasa.
Bakery ini juga dioperasikan oleh pasangan lansia. Terlepas dari usianya dan fakta bahwa Christopher Lau, sang suami baru saja pulih dari operasi pankreas, mereka tetap mengoperasikan semua hal di gerai ini sendiri.
Sebelum beralih profesi sebagai penjual muffin kaki lima, Christopher Lau bekerja belasan tahun sebagai insinyur manufaktur di perusahaan Seagate. Istrinya pun bekerja dalam bidang administratif sebuah perusahaan konstruksi.
Namun, ketika usianya mencapai 55 tahun, pria ini mengaku tidak ada lagi perusahaan yang mau menerimanya. Padahal, ia sudah mengikuti banyak wawancara di banyak perusahaan. Karena hal tersebut, ia pun beralih membangun bisnis bakery ini.
Tentu peralihan karir ini mendatangkan banyak perubahan, terutama dalam hal keuangan pasangan suami-istri tersebut.
![]() |
Menurut Christopher, dulu ia bisa mendapat gaji sekitar S$5.000 hingga S$6.000 atau Rp 63.725.450 sampai Rp 76.470.540. Namun, di bakery kecil ini mereka tidak mendapat gaji apa pun karena biaya lain yang semakin tinggi.
Tantangan keuangan ini menurut mereka baru dirasakan beberapa tahun terakhir. Terutama setelah pandemi di mana harga sewa kios semakin meningkat.
Tidak hanya biaya sewa, tetapi komisi dari platform ojek online atau pengiriman makanan juga semakin tinggi. Selain itu, harga bahan baku juga semakin meningkat karena mereka hanya menggunakan bahan-bahan premium dan lebih sehat.
Sayangnya, mereka tetap harus menjaga harga tetap rendah lantaran NTUC Foodfare (pihak yang mengelola kawasan Old Airport Road Food Centre), memiliki patokan harga. Selain itu, sebagian besar penjual makanan di pusat kuliner tersebut sudah lanjut usia.
Mereka juga tidak selalu mendapat untung. Menurut mereka, terkadang bisnis bisa baik-baik saja, tetapi bisa juga menjadi sangat buruk.
Mereka hanya dapat gaji atau pendapatan lebih ketika mendapat pesanan dalam jumlah banyak. Karenanya mereka mencoba membuka pesanan online untuk meningkatkan penjualan.
“Jika kami mendapatkan pesanan dalam jumlah besar, maka kami akan memiliki gaji,”ujar Chris.
Ketika ditanya apakah lebih suka pekerjaan sekarang atau dulu, Chris pun mengaku lebih suka pekerjaan sebelumnya.
Perjalanan membangun bisnis kuliner ini tidak mudah. Awalnya mereka mendapat pasokan kue dari putri temannya dan tidak ada masalah.
Sampai akhirnya putri teman mereka mengirim stok kue sisaan dari toko kuenya. Karena hal ini, Tan pun mencoba membuat kue sendiri, tetapi itu juga tidak berhasil.
Akhrinya Tan meminta suaminya, Chris untuk ikut kelas kursus profesional selama 14 hari. Dari situlah Chris memutuskan jualan muffin dingin yang jika dimakan dalam keadaan dingin tetap lembab dan enak.
![]() |
Meskipun penghasilan mereka mungkin kurang menutupi modal atau biaya lain, tetapi pasangan ini telah berkomitmen memberi kualitas kue terbaik. Mereka hanya menggunakan bahan-bahan segar, termasuk buah-buahan. Mereka juga menawarkan kue yang dibuat dengan gula vegan.
Terdapat berbagai variasi rasa cold muffin yang ditawarkan, mulai dari muffin jeruk segar, muffin walnut banana, sampai triple chocolate muffin. Hargamya dibanderol mulai dari SGD 3 atau Rp 38.000 per buah.
(aqr/adr)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://food.detik.com/info-kuliner/d-7909300/meski-tak-untung-banyak-lansia-ini-tetap-semangat-jualan-muffin-premium