Pembiayaan Ultramikro Dinilai Jadi Senjata Baru Perangi Kemiskinan
Ekonomi

Pembiayaan Ultramikro Dinilai Jadi Senjata Baru Perangi Kemiskinan

Koranriau.co.id –


Jakarta, CNN Indonesia

Pemerintah didorong memperkuat program pembiayaan ultramikro (UMi) sebagai bagian dari strategi menekan kemiskinan yang menjadi prioritas Kabinet Merah Putih di bawah Presiden Prabowo Subianto.

Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI), Sunarsip, menilai pembiayaan ultramikro mampu menjangkau kelompok masyarakat yang selama ini tidak tersentuh perbankan konvensional.

Menurutnya, fokus lembaga pembiayaan ultramikro memang pada segmen kelompok masyarakat yang unbankable. Ceruk itu, kata dia, selama ini diisi oleh keberadaan renternir yang justru kerap memberikan dampak negatif kepada masyarakat.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, lembaga seperti PT Permodalan Nasional Madani (PNM) bukan hanya menyalurkan kredit, tetapi juga menjalankan misi pemberdayaan ekonomi, terutama kepada kelompok kelas bawah.

“Terbukti, banyak pelaku ekonomi dari kelompok masyarakat miskin yang kini berhasil ‘mentas’ dari status sebagai keluarga prasejahtera menjadi sejahtera bahkan di atasnya,” kata Sunarsip.



Dia memandang lembaga dengan model bisnis seperti PNM perlu didorong agar memiliki lingkup ukuran usaha (size) pembiayaan yang lebih besar.

“Perannya sebagai lembaga pembiayaan ultra mikro yang fokus pada pemberdayaan tetap perlu dan harus dipertahankan. Namun, size-nya harus dinaikkan,” kata ekonom senior tersebut.

Senada, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto menilai, secara umum pembiayaan ultramikro bisa menjadi satu pilihan cara untuk mendorong perbaikan ekonomi kalangan bawah.

Namun, dengan plafon kredit ultramikro yang karena menyesuaikan dengan kemampuan membayar peminjam, menurut Eko, perlu dukungan kebijakan pemerintah di tingkat makro.

“Kredit ultramikro penting untuk akses mereka yang berada di ekonomi bawah dan belum bankable. Ini sekaligus mendidik mereka lebih bisa mengelola keuangan seiring pertumbuhan usaha mikronya,” kata Eko.

Diketahui Presiden Prabowo Subianto berulang kali menegaskan komitmennya memutus mata rantai kemiskinan dengan pendekatan holistik. Berbagai kebijakan dan program pun disiapkan.

Dalam memastikan program tepat sasaran, pemerintah membentuk Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN). Pemerintah juga menjalankan sejumlah program, antara lain Makan Bergizi Gratis (MBG), pembentukan Koperasi Merah Putih, membangun Sekolah Rakyat, program renovasi rumah dan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

Konsep pembiayaan ultramikro bukan hal baru di dunia. Dua lembaga asal Bangladesh, BRAC dan Grameen Bank, telah membuktikan efektivitasnya menekan kemiskinan global.

BRAC yang berdiri sejak 1972 kini memiliki 11 juta nasabah, sedangkan Grameen Bank, yang didirikan oleh peraih Nobel Perdamaian 2006, Dr. Muhammad Yunus, melayani 10,77 juta nasabah, 98% di antaranya perempuan.

Semula lembaga ini hanya ‘bermain’ di negara Bangladesh, singkatan dari Bangladesh Rehabilitation Assistance Committee (BRAC).

Ketika mulai menyalurkan pinjaman ultramikro, BRAC berganti nama menjadi Bangladesh Rural Advancement Committee. Program itu diduplikasi ke beberapa negara yakni Pakistan, Tanzania, Uganda, Sierra Leone, Liberia, dan Myanmar.

Sedangman Grameen Bank mulai beroperasi pada 1983. Lembaga yang dibidani oleh ekonom Dr. Muhammad Yunus mengusung tagline Bank untuk Orang Miskin. Situs Grameen Bank mengklaim telah menyalurkan pembiayaan kepada 10,77 juta nasabah.

Pada 2006, Yunus dan Grameen Bank menerima Nobel Perdamaian sebagai apresiasi atas upayanya menciptakan pembangunan ekonomi dan sosial melalui kredit ultramikro dalam memerangi kemiskinan.

Di dalam negeri ada PT PNM, BUMN yang dibentuk pada 1999 semasa pemerintahan Presiden BJ Habibie. PNM Bala menjadi pionir pembiayaan ultramikro melalui program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) sejak 2016.

PNM kemudian tergabung dalam holding ultramikro yang dibentuk pada September 2021 dengan BRI sebagai induk dan satu anggota lain yakni PT Pegadaian.

Meski baru muncul beberapa dekade setelah BRAC dan Grameen Bank, program Mekaar berkembang pesat melampui dua lembaga itu dari sisi jumlah nasabah.

Hingga semester pertama 2025, sekitar 22,4 juta nasabah di 6.165 kecamatan di Indonesia menikmati pembiayaan ultramikro dari PNM. Seluruh penerima adalah perempuan.

Selama 2025, perusahaan pelat merah ini membidik nasabah aktif Mekaar sebanyak 16 juta orang. Selama 2024, jumlah pembiayaan Mekaar secara konsolidasi mencapai Rp73,93 triliun.

“Nasabah kami berasal dari kelompok ekonomi desil I sampai desil III. Yang masuk kemiskinan ekstrem sekitar 6 juta nasabah. Jadi PNM dari sejak digagas dan dilahirkan sejalan dengan upaya pemerintah menekan angka kemiskinan,” ujar Dirut PNM Arief Mulyadi dalam diskusi Bisnis Indonesia Forum pada Juli 2025 lalu.

Sebagai informasi, BRAC berdiri pada 1972 dengan total jumlah nasabah 11 juta orang dan 89% di antaranya adalah perempuan. BRAC sudah menyalurkan kredit sebesar US$6 miliar pada 2024.

Kemudian Grameen Bank berdiri pada 1983 dengan total jumlah nasabah sebanyak 10,77 juta orang, 98% di antaranya adalah perempuan dan sudah menyalurkan pembiayaan sebesar US$1,383 miliar pada Januari – September 2025.

Sedangkan PNM Mekaar berdiri pada 2016 dengan nasabah sebanyak 22,7 juta orang dan semuanya adalah perempuan. Lembaga ini sudah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp73,93 triliun pada 2024.

Selain PNM, ada beberapa badan usaha swasta sejenis di dalam negeri seperti BTPN Syariah, Amartha, dan PT Mitra Bisnis Keluarga Ventura (MBK) yang memiliki nasabah di atas 1 juta orang.

(ory/ory)


[Gambas:Video CNN]

Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20251029210042-625-1289880/pembiayaan-ultramikro-dinilai-jadi-senjata-baru-perangi-kemiskinan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *