Koranriau.co.id-

AMERIKA Serikat (AS) menjadi negara penyumbang surplus neraca perdagangan Indonesia tertinggi pada semester 1 2025. Nilainya mencapai US$9,92 miliar. Kemudian diikuti oleh India US$6,64 miliar, Filipina US$4,36 miliar, Malaysia US$3,07 miliar, dan Vietnam US$2,21 miliar.
Menteri Perdagangan Budi Santoso menyebut hal itu menunjukkan produk-produk Indonesia masih punya daya saing. Daya saing itu akan dipertahankan saat AS memberlakukan tarif resiprokal.
“Nanti kita akan berupaya setelah dilakukan pemberlakuan tarif resiprokal, ekspor kita tetap terus meningkat,” kata mendag dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (4/8).
Mendag menyebut proses negosiasi dengan AS terkait tarif resiprokal masih berjalan. Walaupun disebut berlaku 7 hari setelah tanggal 31 Juli 2025, pemerintah menargetkan rincian kesepakatan bisa selesai sebelum 1 September.
“Dalam proses negosiasi, kita juga ingin mendapatkan penurunan tarif seperti komoditas yang tidak dimiliki atau tidak diproduksi oleh Amerika,” kata Budi.
Mendag menyebut tarif resiprokal 19% untuk Indonesia cukup bagus dan menjadi tarif yang terkecil di negara-negara ASEAN. Di sisi lain, dengan perbedaan tarif itu, persaingan ekspor juga tidak mulai dari nol.
“Kalau dulu kita itu bersaing dengan negara lain pada level yang sama yaitu pada level tarif MFN. Sekarang kan berbeda-beda, ada yang tarif rendah, tarif tinggi,” papar Budi.
“Misalnya dulu kita bersaing dengan Tiongkok, Vietnam, dan India. Mereka bertiga tarifnya juga lebih tinggi. Tetapi kita tetap kembali lagi melihat pasar di Amerika. Artinya kalau pasar ke Amerika tetap bergairah atau bagus, berarti kesempatan kita akan semakin besar,” imbuhnya.
Pada saat yang sama, mendag menyampaikan kinerja perdagangan Indonesia di semester 1 2025. Secara kumulatif neraca perdagangan Indonesia periode semester pertama adalah US$19,48 miliar atau lebih tinggi dibandingkan tahun lalu US$15,58 miliar.
Surplus tersebut dihasilkan dari surplus perdagangan non-migas sebesar US$28,31 miliar dan defisit perdagangan migas sebesar US$8,83 miliar.
Total ekspor selama semester I tahun 2025 mencapai US$135,41 miliar atau naik 7,70% (laju pertumbuhan kumulatif/c to c). Peningkatan ekspor kumulatif tersebut didukung oleh penguatan ekspor non-migas 8,96% atau menjadi US$128,39 miliar, dan penurunan ekspor non-migas 11,04% atau menjadi US$7,03 miliar.
“Kinerja ekspor nasional pada semester I 2025 telah menunjukkan pertumbuhan yang positif yang menjadi sinyal kuat bagi pencapaian target ekspor tahunan. Target ekspor tahunan nasional 7,10% dan dalam semester 1 ini 7,70%,” paparnya. (Ifa/E-1)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/ekonomi/798041/pemerintah-upayakan-ekspor-ke-as-tetap-tumbuh-saat-pemberlakuan-tarif-resiprokal