Koranriau.co.id-

PEMERINTAH Kota (Pemkot) Surabaya melakukan pendampingan terhadap para santri asal Surabaya yang menjadi korban ambruknya musala Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo.
Salah satunya adalah pendampingan kepada santri Nur Ahmad. Ia merupakan korban tragedi tersebut hingga tangannya harus diamputasi di lokasi kejadian agar bisa dievakuasi.
“Jadi kita lakukan pendampingan psikis, kita lakukan pendampingan keluarga, terutama psikis dulu,” kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi di Surabaya, Selasa (14/10).
Pendampingan pertama yang dilakukan berupa pemulihan trauma akibat kejadian. Setelah itu, Pemkot Surabaya akan melakukan pendampingan lain, terkait masa depan Nur Ahmad pasca-amputasi tangan kirinya.
“Karena otomatis, mohon maaf, kalau sudah seperti ini kan dalam keadaan tidak normal. Maka pekerjaannya harus saya pikirkan juga. Bagaimana dia tetap bisa sekolah sampai dia lulus, dan dia setelah itu bekerja. Nanti kita diskusikan dengan keluarganya,” ujarnya.
Nur Ahmad harus diamputasi lengan kirinya agar bisa dievakuasi saat kejadian runtuhnya musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Senin (29/8) lalu.
Tangannya tertimpa beton besar sejak kejadian hingga posisinya bisa diketahui oleh tim search and rescue (SAR) gabungan sekitar pukul 19.30 WIB atau 4,5 jam pascakejadian. (FL/E-4)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/nusantara/820611/pemkot-surabaya-dampingi-korban-al-khoziny-fokus-pemulihan-psikis-dan-masa-depan-santri