Koranriau.co.id-

PRODUKSI berbagai macam produk berbasis serabut kelapa di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Jawa Barat menunjukkan capaian signifikan. Semula, program tersebut hanya berjalan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Garut.
Produk berbasis serabut kelapa kini diperluas hingga di Lapas Kelas I Cirebon, Lapas Narkotika Kelas IIA Cirebon, Lapas Indramayu, Lapas Ciamis, Lapas Kuningan, Lapas Sumedang.
Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Garut, Rusdedy mengatakan, produksi sabut kelapa yang dilakukan warga binaan selama ini mendapat dukungan dari Kantor Wilayah Ditjenpas Jawa Barat dan secara langsung diapresiasi oleh Menteri usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) RI. Karena, produksi serabut kelapa sekarang dikelola 7 Lapas membuat coir net dan coir shade untuk memenuhi pasar lokal serta pasar internasional.
“Produk serabut kelapa diapresiasi Menteri UMKM yang dilakukan di lingkungan Lapas dan didukung oleh Kakanwil Jabar. Karena, produksi serabut kelapa sudah menembus pasar internasional seperti Korea Selatan, Spanyol, Amerika Serikat, Jepang, produksi tersebut betul-betul melakukan pro kepada pelaku UMKM dan bisa ekspor rutin ke luar negeri hingga bagi pemerintah membuka akses pasar lebih luas,” katanya, Kamis (4/12).
Ia mengatakan, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) Jawa Barat dinilai berperan penting terutamanya dalam penguatan produksi sabut kelapa di seluruh Unit Pelaksana Teknis (UPT). Karena, melalui pembinaan terintegrasi dan mendorong setiap Lapas mengembangkan hilirisasi kelapa bagian dari kemandirian warga binaan pemasyarakatan (WBP).
“Kakanwil Ditjenpas menegaskan ekspansi merupakan implementasi dari Asta Cita Presiden RI termasuk ada 13 program akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, khususnya sektor ketahanan ekonomi, pemberdayaan bagi warga binaan pemasyarakatan (WBP) dan pengembangan UMKM berbasis pemasyarakatan. Karena, dari satu Lapas menjadi 7 UPT produk mereka diekspor luar negeri mendukung program nasional dan menjadi bagian dari penggerak ekonomi rakyat,” ujarnya.
Menurutnya, produksi pengolahan sabut kelapa melibatkan berbagai elemen mulai petani lokal sebagai pemasok sabut kelapa, warga binaan menjadi tenaga kerja terlatih dalam proses produksi, mitra usaha sebagai distributor, eksportir, pemerintah daerah supaya pendukung regulasi dan fasilitator pasar. Karena, model ekosistem menciptakan nilai tambah dan dapat berdampak pada ekonomi berlapis, baik masyarakat maupun warga binaan.
“Keberhasilan ekspor yang dilakukan Lapas tidak hanya berdampak ekonomi, tapi juga meningkatkan citra positif pemasyarakatan sebagai lembaga pembina produktif dan bagi warga binaan tidak hanya dibina tetapi diberdayakan supaya mereka memiliki keterampilan, penghasilan dan kontribusi nyata bagi bangsa hingga setelah bebas mereka bisa meneruskan keterampilan tersebut,” pungkasnya. (AD/E-4)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/jabar/berita/837257/produk-berbahan-serabut-kelapa-di-lapas-se-jabar-tembus-pasar-internasional




