Nasional

Tak Banyak Berubah, Pertumbuhan Ekonomi 2026 Stagnan di Kisaran 55,4

Koranriau.co.id-

Tak Banyak Berubah, Pertumbuhan Ekonomi 2026 Stagnan di Kisaran 5%–5,4%
Ilustrasi: Petugas mengawasi proses bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate, Maluku Utara.(Antara/Andri Saputra)

KETUA Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 tidak banyak berubah dari level 5%. Menurutnya, proyeksi pertumbuhan masih berada di kisaran 5%–5,4%, dengan rentang yang cukup lebar karena tingginya ketidakpastian global. 

Sementara itu, defisit anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) 2026 diperkirakan berada pada level 2,7%–2,9% dari PDB.

“Untuk 2026, ekonomi di kisaran 5%-5,4%. Kenapa rentangnya begitu besar? Karena kita masih melihat banyak sekali ketidakpastian,” katanya dalam Konferensi Pers Indonesia Economic Outlook Apindo 2026 di Jakarta, Senin (8/12).

Shinta menyebut kuartal I 2026 berpotensi menjadi periode terkuat akibat pengaruh musiman seperti Tahun Baru, Imlek, Ramadan, dan Idulfitri. Namun, ia mengingatkan kuartal II dan III perlu diwaspadai karena hilangnya faktor musiman tersebut berpotensi memunculkan stagnasi.

Meski demikian, transmisi kebijakan fiskal, moneter, dan struktural sepanjang 2025 diharapkan dapat memperkuat daya beli masyarakat, produktivitas, serta stabilitas investasi di tahun depan.

Selain faktor domestik, tekanan eksternal disebut tetap tinggi akibat tensi geopolitik, fragmentasi perdagangan global, serta potensi guncangan kebijakan seperti penerapan tarif resiprokal Amerika Serikat. Ia juga menyoroti dinamika Laut Cina Selatan, regulasi deforestasi Uni Eropa, serta kebijakan Inflation Reduction Act AS yang berpotensi memengaruhi arus perdagangan.

Shinta menambahkan, arah kebijakan pemerintahan AS di bawah Presiden Donald Trump juga menjadi variabel penting. 

“Jika AS terus mendorong suku bunga rendah serta kebijakan prokripto, volatilitas aset termasuk emas bisa meningkat dan menjadi indikator resesi global,” jelas Shinta.

Dalam kondisi tersebut, Apindo menilai pergeseran kebijakan global berpotensi memengaruhi perdagangan Indonesia, terutama komoditas strategis dan sektor manufaktur yang terhubung dengan rantai pasok global. Ia menegaskan tanpa dorongan struktural baru, konsumsi domestik, investasi, dan ekspor berbasis hilirisasi harus menjadi motor utama ekonomi 2026.

Apindo mendukung pembentukan Satuan Tugas Percepatan Program Strategis Pemerintah (Satgas P2SP) yang dinilai dapat mempercepat belanja pemerintah, menghilangkan hambatan implementasi, serta memperkuat kepastian regulasi dan perizinan. 

Lebih Shinta menyebut sektor penyumbang terbesar PDB pada 2026 diprediksi masih didominasi industri pengolahan di kisaran 18%–19%, pertanian dengan 13%–15%, perdagangan sebesar 12%–14%, serta pertambangan 8%–10%.

Dari sisi makro, nilai tukar rupiah diproyeksikan berada pada rentang Rp16.500–Rp16.900 per dolar AS. Prediksi ini, kata Shinta mencerminkan tekanan eksternal yang kuat akibat inflasi AS, kebijakan tarif, dan potensi kenaikan suku bunga The Fed.

Terkait kondisi 2025, Apindo menilai ekonomi Indonesia menunjukkan resiliensi dengan proyeksi pertumbuhan 5%–5,2%. Perbaikan kinerja kuartalan tercatat konsisten dari awal hingga kuartal III. Dengan dorongan belanja akhir tahun, momentum musiman Natal dan Tahun Baru, serta injeksi anggaran Silpa (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran) sebesar Rp276 triliun, pertumbuhan kuartal IV diperkirakan mencapai 5,1%–5,3%.

“Kami tidak seoptimis pemerintah yang memproyeksikan 5,6%. Menurut kami, pertumbuhan ekonomi di 2025 akan berada di kisaran 5,1%–5,3%,” pungkas Shinta. (E-1)

Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/ekonomi/838137/tak-banyak-berubah-pertumbuhan-ekonomi-2026-stagnan-di-kisaran-554

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *