Koranriau.co.id-

“Sebagai pemain – dan saya pernah berada di posisi itu – mereka mungkin merasa tur ini tidak perlu sama sekali,” ujar pelatih Hong Kong Ashley Westwood usai tur pasca-musim Manchester United ke Asia.
Sebagai pemenang FA Youth Cup bersama United tahun 1995, Westwood memahami tekanan dan tuntutan yang dihadapi para pemain klub juara Inggris 20 kali ini.
Meski secara publik para pemain United menyambut positif tur pasca-musim ke Asia ini dan secara internal para pejabat klub memuji keberhasilan dalam menjalankan berbagai tuntutan komersial, Westwood menegaskan tidak ada yang perlu dibingungkan soal kenyataan sebenarnya.
“Tidak ada yang mengatakan secara terbuka karena mereka tidak bisa, tapi fans dan sponsorlah yang membayar gaji, dan tur ini sepenuhnya soal pendapatan,” katanya.
Saat jeda babak pertama di Hong Kong, ketika United tertinggal 0-1 dari tim nasional peringkat ke-153 dunia versi FIFA, tur ini tampak semakin memburuk. Penyerang Chido Obi dan bek Ayden Heaven berhasil mencetak gol di babak kedua yang membangkitkan semangat penonton di stadion Hong Kong yang diguyur hujan dan tidak penuh.
Kemitraan Komersial
United memperkirakan akan menghasilkan sekitar £10 juta dari perjalanan sejauh 14.000 mil selama enam hari ini. Pendapatan ini tidak bergantung pada penjualan tiket, jadi bersifat tetap.
Di saat fokus pramusim mereka adalah ke Amerika Serikat, tempat mereka akan kembali bertandang untuk ketiga kalinya secara beruntun pada Juli mendatang, kehadiran United di kawasan Asia ini memungkinkan mereka untuk “melayani” berbagai kesepakatan sponsor bernilai besar seperti dengan mitra perbankan Maybank, mitra maskapai Malaysia Airlines, mitra bir Tiger, dan mitra ban Apollo.
Jika dibutuhkan bukti nyata tujuan sebenarnya dari tur ini, itu terlihat dari fakta kiper Andre Onana serta bek Harry Maguire dan Diogo Dalot sudah ditarik keluar dan menuju bandara saat rekan-rekan setim mereka dicemooh oleh sebagian besar dari 72.550 penonton setelah kekalahan mengejutkan 0-1 dari tim pilihan Asia Tenggara pada Rabu.
Ketiganya naik pesawat pribadi ke Mumbai untuk menjalani agenda komersial padat bersama Apollo pada Kamis, sebelum pulang sehari lebih awal dibandingkan mereka yang bertanding di Hong Kong untuk laga kedua.
Seperti yang dikatakan Westwood, para pemain United praktis tidak memiliki pilihan untuk tidak ikut tur ini.
Keberangkatan usai laga terakhir Liga Premier melawan Aston Villa membuat mereka tidak memiliki kesempatan untuk mundur. Bek asal Belanda Matthijs de Ligt tetap ikut meski tidak dalam kondisi bugar untuk bermain. United sebenarnya juga menginginkan Christian Eriksen dan Victor Lindelof untuk ikut, tetapi keduanya menolak karena alasan pribadi.
Suasana Santai, Bukan Serius
Skuad asuhan Ruben Amorim akhirnya memilih untuk menjalani tur ini dengan sikap “membuat yang terbaik dari situasi yang ada.” Tidak seperti tur pramusim yang penuh fokus dan tujuan, pendekatan mereka kali ini bisa dibilang lebih “santai”.
Suasana dalam penerbangan dari Manchester ke Kuala Lumpur digambarkan seperti pesta, dengan musik keras dan minuman. Beberapa pemain dan staf terlihat berada di klub malam pada hari Senin, sesaat setelah tiba. Setelah laga hari Rabu pun ada kesempatan untuk bersantai.
Setelah kekalahan di Kuala Lumpur, candaan sarkastik terdengar di kalangan skuad bahwa setelah musim buruk di liga domestik, mereka kini berhasil mendapat cemoohan dari fans yang berjarak 10.000 km dari rumah.
Penyerang Belanda Joshua Zirkzee sempat keluar – dengan pengawalan – untuk mencari makanan malam karena tidak suka makanan dari layanan kamar. Amad Diallo, Heaven, dan Alejandro Garnacho mencoba naik e-skuter, tapi gagal karena tidak memiliki cukup uang. Garnacho tampaknya tidak terlalu antusias menjalani tur ini.
Setelah Amorim kembali dari pertemuan pasca-final Liga Europa dengan Sir Jim Ratcliffe dan jajaran eksekutif klub di Monako, Garnacho diberi tahu bahwa ia boleh mencari klub baru musim panas ini. Meski begitu, ia tetap populer di kalangan penggemar, terbukti dari sorak-sorai meriah untuknya di kedua laga.
Setelah kekalahan dari ASEAN All-Stars, Garnacho langsung berjalan melewati kapten lawan Sergio Aguero,meskipun sebelumnya menjanjikan akan memberikan jersey-nya. Masalah ini diperbaiki oleh staf perlengkapan United yang mengambilkan kaus Garnacho dari ruang ganti dan memberikannya.
Tindakan yang Dipertanyakan dan Momen Memalukan
Hari Kamis muncul lagi sorotan negatif saat foto Amad muncul di media sosial, menunjukkan ia mengacungkan jari tengah ke arah fans saat keluar dari hotel tim. Amad mengatakan ia merespons hinaan terhadap ibunya. Ia mengakui reaksinya salah, namun tetap tidak menyesal melakukannya.
Jika perilaku individu itu bisa dianggap kontroversial atau bisa dimaafkan, beberapa keputusan klub juga dinilai aneh dari sudut pandang korporat.
Dalam konteks yang berbeda, menyaksikan beberapa pemain termasuk Zirkzee naik bus parade di Kuala Lumpur terasa janggal. Memang ada sejumlah fans yang hadir – dan antusiasme terhadap United masih ada di kawasan ini.
Namun jelas tidak sebesar kunjungan terakhir mereka ke Malaysia pada 2009, saat mereka masih menjadi juara Premier League dan diperkuat nama-nama besar seperti Ryan Giggs, Michael Owen, dan Wayne Rooney.
Waktu itu, mereka bahkan kesulitan keluar dari hotel karena kerumunan penggemar. Laga pertama mereka dihadiri 85.000 penonton – dan laga kedua yang diadakan hanya dalam waktu 48 jam setelah serangan teroris di Jakarta pun dihadiri 30.000 orang.
Nani juga ikut dalam tur tahun 2009 itu, dan kali ini ia kembali sebagai bagian dari tim “legenda” bersama Wes Brown dan John O’Shea untuk membantu mengangkat citra klub dalam perjalanan ini. (BBC/Z-2)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/sepak-bola/778071/tur-asia-manchester-united-komersial-atau-komitmen