Nasional

Kucing Emas Asia Si Pemburu Hutan yang Langka dengan Banyak Warna Bulu

Koranriau.co.id-

Kucing Emas Asia: Si Pemburu Hutan yang Langka dengan Banyak Warna Bulu
Kucing emas Asia ditemukan di beberapa negara di Asia Selatan dan Tenggara.(BROKER.com GmbH & Co. KG via Alamy)

KUCING emas Asia, atau kucing Temminck, merupakan spesies kucing liar yang hidup di hutan-hutan lebat Asia. Hewan ini memiliki variasi warna bulu yang beragam dan sering memangsa burung.

Memiliki berat hanya sekitar 16 kilogram, sekitar dua hingga tiga kali berat kucing rumahan. Kucing ini cukup berani untuk menyerang mangsa besar seperti anak kerbau, dan anak rusa.

Binatang ini termasuk yang sulit diamati dan jarang terlihat di alam bebas. Hasil kamera jebak menunjukkan, warna bulu yang paling sering muncul adalah cokelat keemasan dan cokelat kemerahan.

Selain itu, terdapat variasi warna lain seperti abu-abu, melanistik, kayu manis pucat, hingga pola mirip ocelot. Karena itulah, spesies ini sering dijuluki “kucing dengan banyak kostum”. Menurut International Society for Endangered Cats (ISEC), tidak ada kaitan antara warna bulu dan wilayah persebarannya.

Meskipun lebih suka berburu di darat, kucing emas Asia juga mampu memanjat pohon. Ia membunuh mangsa besar dengan gigitan kuat di leher, dan menjelajahi hutan subtropis serta tropis, pada berbagai waktu dalam sehari.

Selama ini, para peneliti menduga kucing emas Asia bersifat nokturnal. Namun, bukti terbaru menunjukkan hewan ini, memiliki pola aktivitas yang tidak teratur, dengan kemungkinan puncak aktivitas terjadi saat senja.

Spesies ini dapat hidup hingga 20 tahun, dan mendiami wilayah mulai dari permukaan laut, hingga ketinggian 14.050 kaki (4.282 meter), menurut survei keanekaragaman hayati tahun 2016 di Bhutan. Survei tersebut, bersama penelitian lainnya yang menemukan keberadaan kucing emas Asia di dataran tinggi. Menunjukkan wilayah pegunungan, kemungkinan merupakan habitat penting bagi spesies ini.

Kucing Batu

Kucing emas Asia juga telah terlihat di area terbuka berbatu, dan bahkan dikenal sebagai “kucing batu” di beberapa wilayah Tiongkok, menurut ISEC. Jangkauan mereka sekitar 20% lebih luas, dibandingkan macan dahan (Neofelis nebulosa). Meskipun kedua spesies ini memiliki perilaku yang serupa, namun ternyata wilayah sebarannya saling tumpang tindih.

Lingkungan alaminya sangat terancam oleh deforestasi, karena ia lebih menyukai habitat hutan. Hilangnya hutan secara besar-besaran, terutama di Asia Tenggara yang memiliki tingkat deforestasi tertinggi di dunia. Akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit, kopi, dan karet, menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidupnya.

Hewan ini juga menghadapi ancaman perburuan ilegal untuk diambil bulu, tulang, dan dagingnya yang dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional. Serta dianggap sebagai hidangan mewah. Selain itu, konflik dengan peternak sering terjadi ketika kucing ini memangsa ternak, yang kemudian memicu pembunuhan balasan. (Live Science/Z-2)

Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/humaniora/817677/kucing-emas-asia-si-pemburu-hutan-yang-langka-dengan-banyak-warna-bulu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *